Peneliti: Perang Melawan Wabah Bisa Ratusan Tahun

Peneliti: Perang Melawan Wabah Bisa Ratusan Tahun
Ilustrasi Penanganan Covid-19. Foto: Net

MONITORDAY.COM - Peneliti dari John Hopkins Program for International Education in Gynecology and Obstetrics (Jhpiego) dr. Siti Nurul Qomariyah mengingatkan bahwa perang melawan suatu wabah bisa memakan waktu hingga ratusan tahun. 

Menurut Siti, program vaksinasi hanyalah sebuah awal dari perjalanan panjang tersebut. Pasalnya, dibutuhkan tiga tahap untuk yang harus dilakukan dalam upaya melawan wabah, yaitu pengendalian, eliminasi (pengurangan), dan eradikasi (pemberantasan).

Untuk itu, Siti menegaskan bahwa butuh waktu hingga ratusan tahun tersebut terlihat dari kasus cacar. Penyakit yang menelan korban hingga 300 juta orang di dunia itu membutuhkan waktu hingga 200 tahun lebih untuk memberantasnya.

“Penyakit cacar itu sudah kita eradikasi. Sudah tidak ada lagi di Bumi ini, orang sakit cacar. Bukan cacar air ya. Tetapi berapa tahun terjadinya eradikasi? Cacar itu muncul dari tahun 1700, tereradikasi di tahun 1977, jadi 200 tahun lebih,” ujar dr Siti dalam diskusi KONGA, Alumni Fakultas Kedokteran UGM angkatan 84, Jum'at (15/1/2021). 

dr Siti Nurul Qomariyah, M Kes, Ph D, dalam tangkapan layar.

dr Siti Nurul Qomariyah, M Kes, Ph D. 

Jadi kondisi wabah virus corona di dunia saat ini, kata Siti, masih dalam tahap awal, yaitu pengendalian.

“Menurut saya, kita ini sekarang baru berada di tahap pengendalian. Itu artinya kita menurunkan kasus sampai tingkat yang bisa diterima. Artinya bisa diterima itu rumah sakitnya cukup, dokternya enggak kecapekan, perawatnya enggak kecapekan, dan sebagainya,” kata Siti Nurul.

Tahap pengendalian penyakit itu, ujar Siti Nurul, bisa menjadi perjuangan panjang. Dalam sejumlah kasus, ada upaya yang menurun ketika dalam tahap eliminasi, sehingga memungkinkan penyakit itu muncul lagi. 

Padahal, syarat menghentikan penularan secara total adalah melawannya sampai benar-benar berhenti. Banyak penyakit menular yang sampai saat ini belum mampu diberantas di seluruh dunia.

Pentingnya Vaksinasi

Lebih lanjut Siti Nurul menjelaskan bahwa keberhasilan dalam tahap eradikasi (pemberantasan -red) pada penyakit cacar seperti yang disebutkan di atas adalah dengan melakukan program vaksinasi massal di Indonesia. Bagi generasi tahun 70-an, dimungkinkan masih menerima vaksinasi yang meninggalkan bekas abadi di lengannya.

Ditambahkannya kunci keberhasilan program vaksinasi adalah partisipasi masyarakat. Hal ini tak lepas dari tujuan utama program tersebut adalah membentuk kekebalan kelompok atau herd immunity. 

Butuh kondisi di mana sekurangnya 70-80 persen anggota masyarakat sudah memiliki antibodi terhadap Covid-19. Caranya, menurut Siti, adalah masyarakat harus menerima vaksin atau dalam skenario lain, tertular virus itu sendiri dan sembuh.

Seorang pekerja medis memegang satu dosis vaksin Sinovac di fasilitas kesehatan kabupaten saat Indonesia memulai vaksinasi massal untuk Covid-19, dimulai dengan petugas kesehatannya, di Jakarta, 14 Januari 2021.

Namun, sebagaimana pakar lain, Siti juga menekankan vaksinasi bukan lah segalanya. Protokol kesehatan masih harus diterapkan pasca-tindakan ini. 

Dalam kasus lain, vaksinasi juga tidak bermakna menghapus kemungkinan tertular sama sekali. Dia menjelaskan, dari penelitian manapun tidak bida diciptakan efikasi sampai 100 persen. 

Artinya, tetap muncul kemungkinan seseorang yang sudah divaksin, tertular oleh virus itu di waktu berbeda.

“Itu tidak hanya terjadi pada vaksinasi Covid, pada vaksin apapun, mau campak, diphtheri, tetanus. Yang divaksin campak pun masih ada yang sakit campak. Jadi, tidak istimewa bahwa vaksinasi Covid juga ada yang masih lolos. Kan diperlukan reaksi tubuh untuk membuat antibodi,” tambah Siti.