Muchlas Rowie : Mahasiswa Muslim Harus Mampu Tangkal Hoax
Di tengah gencarnya arus informasi di era digital diperlukan kesadaran dan kearifan dalam mengolah informasi. Setiap detik informasi baru kita terima dan sering tidak punya waktu untuk mengolah dan mencernanya. Komunikasi digital berkembang sangat pesat, siapa yang mampu memanfaatkan sumber daya informasi akan menjadi pemenang dalam berbagai lini.

MONITORDAY.COM - Di tengah gencarnya arus informasi di era digital diperlukan kesadaran dan kearifan dalam mengolah informasi. Setiap detik informasi baru kita terima dan sering tidak punya waktu untuk mengolah dan mencernanya. Komunikasi digital berkembang sangat pesat, siapa yang mampu memanfaatkan sumber daya informasi akan menjadi pemenang dalam berbagai lini.
Hal itu disampaikan oleh Muchlas Rowie dalam Seminar Anti Hoax yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA PERSIS) pada Jumat (15/2/2019) di Bandung. Peserta yang dating dari Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Bandung, dan beberapa kota lain berlangsung dengan hangat. Diskusi tentang berbagai isu mengemuka.
“Akhlak dalam bermedia sosial sangat penting bagi para mahasiswa dan ummat Islam pada umumnya. Ada beberapa ayat yang relevan dengan adab kita dalam menggunakan media ini. Misalkan menyangkut muroqobah, bertanggungjawab, azas manfaat, dan selektif meneriman informasi,” kata Muchlas.
Respon peserta terkait lemahnya literasi, politik berbasis ketokohan, dan tudingan bahwa ummat Islam adalah produsen hoax terbesar dibahas tuntas dalam forum tersebut. Dalam Seminar yang dihadiri Ust. Iman Setiawan Latif selaku Ketua Pimpinan Wilayah Persatuan Islam (PERSIS) Jawa Barat ini juga dibahas tentang kiat dalam menganalisis hoax.
Muchlas Rowie yang juga pemimpin perusahaan Monday Media Group, menegaskan bahwa tradisi untuk berfikir kritis perlu ditumbuhkan. Perdebatan public harus lebih cerdas dan menyangkut isu-isu substantial. Bukan dengan mempersoalkan kelemahan-kelemahan personal apalagi yang menyangkut privasi. Di tahun politik, isu tentang keislaman dan ibadah kandidat yang akan dipilih dalam pilpres lebih banyak mendapat perhatian public daripada isu program dan kebijakan.
“Politik identitas sering dimanfaatkan untuk kepentingan politik praktis. Ketika pesta demokrasi usai, nasib konstituen pun terbengkalai karena tidak terbangunnya konsolidasi demokrasi yang mengarah pada pencapaian tujuan nasional, “ tandas Muchlas.
Seminar itu juga membahas contoh konkret dalam Social Network Analysis (SNA) yang menjadi salah satu alat dalam menganalisis konten hoax secara scientific. Salah satu sumber yang bisa jadi rujukan adalah situs drone emprit. Dengan cara ini, hoax dapat dibedah secara komprehensif termasuk memetakan top influencer yang terlibat dalam merespon isu tersebut dan bagaimana rekomendasi bagi khalayak dalam menyikapi konten hoax tertentu.
Pengurus dan pegiat HIMA PERSIS berkomitmen akan proaktif dalam memerangi hoax, memperkuat tradisi literasi, dan bersinergi dalam membangun jurnalisme positip untuk kepentingan dakwah Islam. Kegiatan yang terkait dengan literasi akan digiatkan di lingkungan organisasi mahasiswa ini.