Muchlas Rowi: Lockdown atau Tidak, Terapkan Kebijakan secara Ketat
Virus apa pun tak memandang preferensi politik kita. Siapa saja bisa terinveksi, jadi mari bahu membahu mengurangi penyebarannya.

MONITORDAY.COM – Jumlah pasien positif terjangkit virus corona di Indonesia bertambah menjadi 117 kasus hingga Minggu (15/3/2020). Angka ini bertambah 21 kasus baru dari pengumuman yang dilakukan kemarin.
Dalam satu minggu terakhir, jumlah negara yang terjangkit virus corona juga melompat dari 88 negara menjadi 117 negara. Publik pun mulai bereaksi dan mempertanyakan langkah apa yang diambil pemerintah.
Sore ini, Presiden Jokowi pun bersuara dan membeberkan sejumlah langkah yang akan dan harus diambil baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kesimpulannya, seluruh jajaran kabinet terus bekerja keras untuk menyiapkan dan menjaga Indonesia dari penyebaran Covid-19 dan meminimalkan implikasinya terhadap perekonomian Indonesia.
Sebagai pemimpin negara dengan wilayah yang luas, jumlah penduduk yang tidak sedikit, sistem negara yang demokratis, dan kondisi perekonomian yang berat dan penuh tantangan, Presiden Jokowi perlu mempertimbangkan kebijakan yang efektif dan efisien.
Terkait langkah yang diambil Presiden Jokowi tersebut, CEO Monday Media Group, Muchlas Rowi, memberi apresiasi dan menyebutnya sebagai langkah yang bijak di tengah desakan publik maupun lembaga internasional untuk segera menetapkan status negara.
“Satu minggu ini grafik penyebaran Covid-19 mulai meningkat, publik mulai resah dan memberi desakan. Tapi Presiden Jokowi berusaha untuk tetap tenang dan tak buru-buru menetapkan status darurat atau melakukan lockdown,” ujar Muchlas.
Muchlas Rowi senada dengan Presiden Jokowi, jika opsi lockdown, memang ada yang memberlakukanya. Tapi tentu konsekuensinya sudah diperhitungkan. Dan oleh karena itu ada yang melakukannya ada pula yang tidak melakukan kebijakan serupa.
“Soal opsi lockdown, memang bisa saja diambil tapi harus juga memperhitungkan konsekuensinya. Mulai dari luas wilayah hingga kondisi ekonominya,” tutur Muchlas.
Muchlas pun sempat menyinggung upaya lockdown kecil-kecilan yang diambil Pemerintah DKI Jakarta, bukannya mengunci warga malah mendorong warga untuk menyerbu tempat wisata di luar Jakarta. Akibatnya, kemacetan arah puncak pun tak dapat dihindari.
“Lihat bagaimana konsekuensinya ketika DKI mengambil langkah lockdown kecil-kecilan. Bukannya mengunci, warga malah nyari tempat wisata alternatif,” kilah muchlas.
Muchlas lantas mengingatkan, beberapa negara yang mengalami penyebaran lebih awal dari kita, ada yang melakukan lock-down dengan segala konsekuensi yang menyertainya. Tetapi ada juga negara yang tidak melakukan lock-down, namun melakukan langkah-langkah dan kebijakan yang ketat untuk menghambat penyebaran Covid-19.
Selain langkah-langkah dan kebijakan yang ketat, Muchlas juga menekankan pentingnya kesiapan rumah sakit dan tenaga medis untuk melakukan antisipasi dan pengetesan infeksi Covid-19. Beberapa kejadian jatuhnya korban akibat virus corona adalah karena penanganan yang lamban dan kurangnya daya tampung rumah sakit.
“Artinya, kesiapan tenaga medis dan rumah sakit juga menjadi penting. Jangan sampai kita paksakan lockdown tapi tenaga medis dan rumah sakit tidak siap siaga,” tuturnya.
Muchlas mengambil contoh, lambannya pemeriksaan kesehatan terhadap para pewarta yang biasa meliput di Istana Presiden dan diduga melakukan kontak dengan Menhub Budi Karya Sumadi, tidak berjalan dengan baik.
Ketika dikonfirmasi, Direktur Utama RSUP Persahabatan Rita Roqayah mengatakan, pihak RSUP Persahabatan harus terlebih dahulu mempersiapkan ruangan khsus. “Saya baru tahu pagi ini ditelepon Pak Yuri. Jadi saya masih rapat dulu untuk mempersiapkan semuanya,” ujar Rita saat dihubungi wartawan, Minggu (15/3/2020).
Pada akhirnya, kata Muchlas, kebijakan apa pun yang diambil maka sebisa mungkin terapkan kebijakan tersebut secara ketat. Dan seperti disampaikan Profesor Graham Medley, dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, lakukanlah self isolation.
“Berperilakulah seakan-akan kita sudah kena virusnya, dan kita menjaga supaya orang lain tidak tertular,” kata Muchlas, mengutip Prof. Graham Medley.
Dalam kondisi seperti saat ini, kata Muchlas, penting untuk bahu membahu melawan Covid-19 tanpa saling menghujat apalagi menyalahkan kebijakan pusat maupun daerah.
“Virus apa pun tak memandang preferensi politik kita. Siapa saja bisa terinveksi, jadi mari bahu membahu mengurangi penyebarannya,” pungkas Muchlas.