Meski di Tengah Pandemi, Bangladesh Catatkan Pertumbuhan Ekonomi Hingga 5,2 Persen di 2020

MONITORDAY.COM - Pandemi Covid-19 membawa dampak besar pada hampir seluruh sektor, tak hanya kesehatan. Sektor ekonomi juga mengalami dampak serius akibat pandemi virus corona.
Nyaris seluruh negara menerapkan pembatasan ketat untuk menahan gelombang Covid-19. Negara-negara seperti Indonesia dan Bangladesh juga berjuang di tengah sektor ekonomi yang melemah.
Duta Besar Republik Indonesia Untuk Bangladesh Dan Nepal, Rina Soemarno menyebutkan, sektor ekonomi Bangladesh juga seperti negara lainnya terkena dampak pandemi Covid-19, apalagi negara negara di Asia Selatan itu bergantung pada ekspor.
Menurut dia, negara yang berbatasan dengan India dan Myanmar ini sangat berpaut pada ekspor barang maupun ekspor manusia.
"Negara itu sangat bergantung pada ekspor, baik ekspor barang, apalagi ekspor manusia juga. Apalagi tadi saya sampaikan sampai 78 juta orang Bangladesh bekerja di luar negeri. Diluar negeri pembangunan dan perekonomian juga mendek, jadi tenaga kerja Bangladesh itu juga harus pulang ke sini. Disini juga bebannya jadi semakin tinggi," kata Rina dalam acara webinar Kopi Pahit bertajuk 'Who's The Next Asian Tiger', Kamis (15/7/2021).
Lebih lanjut, Rina menjelaskan, Bangladesh merupakan negara sebagai negara yang penting bagi produksi garmen, termasuk memproduksi pakaian untuk ritel pasar global.
Namun, pandemi Covid-19 ini berdampak besar pada industri garmen dengan penghentian sejumlah produksi di Bangladesh. Bahkan, hal itu mengakibatkan menurunkan permintaan dari luar negeri.
"Sektor garmen, itu ada saatnya di paruh pertama tahun 2020 yang lalu, Bangladesh sama sekali nggak dapat order, bahkan order yang ada itu dibatalin semua dari Amerika dan dari Eropa. Tapi kemudian Bangladesh beralih industri garmennya menghasilkan PPE, sama kayak kita (Indonesia) juga ya. Jadi PPE itulah yang kemudian di sertifikasi berhasil mengekspor ke Amerika selama masa kemarin. Begitu menjelang akhir tahun 2020 order-order masuk lagi sampai sekarang. Situasi sedemikian hebatnya mempengaruhi Bangladesh, tapi karena tadi keunggulan di bidang garmen," tutur Rina.
Meski demikian, dia menyampaikan pada tahun 2020 atau sejak awal masa pandemi Covid-19, Bangladesh mencatatkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2 persen.
"Kalau negara-negara lain sempat mengalami kontraksi sampai minus pertumbuhan ekonominya, Bangladesh eggak tuh. Pada saat pandemi tahun 2020, Bangladesh mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,2 persen. Lumayan ya, bukan lumayan, tinggi di masa pandemi," ungkap Rina.
Disisi lain, Rina mengatakan, banyaknya pekerja migran Bangladesh yang kehilangan pekerjaan dan dipulangkan ke negara asalnya. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus mengingat sektor pekerja menjadi salah satu sektor penting yang menopang perekonomian Bangladesh.
Terkait pertumbuhan perekonomian Bangladesh, Rina mengungkapkan, peningkatan sektor ekonomi tersebut ditunjang oleh upah minimum kerja yang murah bagi para pekerjanya.
"Kembali lagi cerita keunggulan perekonomian Bangladesh. Keunggulan perekonomian Bangladesh tadi ada pekerja yang banyak dikirim keluar, tapi model pembangunan Bangladesh itu ditopang oleh ketersediaan buruh yang murah. Karena buruh di sini upahnya sangat murah, dan semua industri yang berbasis ekspor ditunjang dengan buruh yang murah ini," ungkapnya.
"Pertumbuhan ekonominya itu tinggi tapi masih ditopang oleh hal-hal atau kebijakan-kebijakan yang belum sesuai dengan kebijakan modern," sambung Rina.