Meski Ada Vaksin Covid-19, Ini Pesan Erick Thohir

Vaksin ada limitasinya enam bulan sampai dua tahun, berarti setelah diimunisasi atau divaksinasi bukan berarti sehat selama-lamanya, tidak terkena selama-lamanya, karena itu protokol COVID-19 harus terus dijalankan.

Meski Ada Vaksin Covid-19, Ini Pesan Erick Thohir
Menteri BUMN Erick Thohir (kiri) didampingi Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo saat menyampaikan keterangan di Apotek Kimia Farma, Jakarta pada Rabu (4/3/2020). ANTARA/Aji Cakti/aa.

MONITORDAY.COM - Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Erick Thohir meminta kepada masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan meski nanti ada vaksin COVID-19.

"Vaksin ada limitasinya enam bulan sampai dua tahun, berarti setelah diimunisasi atau divaksinasi bukan berarti sehat selama-lamanya, tidak terkena selama-lamanya, karena itu protokol COVID-19 harus terus dijalankan. Memang melelahkan, tapi ini menjadi bagian kehidupan baru," kata Erick Thohir di Jakarta, Kamis (3/9).

Lebih lanjut, Erick mengatakan pemerintah menargetkan dapat memberikan vaksin COVID-19 kepada sekitar 70 persen penduduk Indonesia secara massal pada 2021.

"Kita dengan penduduk 230 juta baru memfokuskan untuk dapatkan 70 persen," ungkapnya.

Menurut Erick, dari jumlah itu mengecualikan penduduk dengan usia 18 tahun karena belum ada uji klinis.

"Memang secara vaksin belum uji coba, tapi juga daya tahan tubuh masih sangat bagus. Tapi bukan berarti nanti generasi muda dikorbankan, ini nanti ada yang melintir generasi muda dikorbankan," ucap Erick.

Ia menyampaikan sebanyak 1,5 juta tenaga medis menjadi prioritas penerima vaksin COVID-19.

"1,5 juta ini harus dipastikan dapat vaksin duluan karena mereka yang terdepan melakukan imunisasi atau vaksinasi massal," tambahnya.

Selain itu, Erick juga mengatakan, BUMN farmasi Indonesia telah melakukan kerja sama dengan sejumlah perusahaan internasional, seperti Sinovac dari China dan perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA), G42 untuk mengembangkan vaksin.

Di sisi lain, Indonesia juga berupaya mengembangkan vaksin merah putih.

"Kami dari BUMN sangat agresif cari solusi, baik dengan Balitbangkes, Eijkman. Saat bersamaan, kami buka hubungan dengan banyak pihak dari Eropa, AS, WHO, Uni Emirat Arab, China hingga negara tetangga. Kami buka karena vaksin ini penting," lanjut Erick.