Mengantisipasi Perubahan Akibat Penerapan E-Umroh di Era Disrupsi
Era disrupsi membawa angin perubahan di banyak sektor termasuk bisnis travel umroh. Apalagi umroh kian tinggi peminatnya. Karena daftar tunggu haji begitu panjang.

MONITORDAY.COM - Era disrupsi membawa angin perubahan di banyak sektor termasuk bisnis travel umroh. Apalagi umroh kian tinggi peminatnya. Karena daftar tunggu haji begitu panjang.
Inovasi pun dituntut cepat dilakukan. Pemerintah Saudi sudah sudah menerapkan e- haji dan e-umroh. Bahkan Pemerintah Saudi sudah menjalin kerjasama ekonomi digital dengan Pemerintah Indonesia.
Kerja sama ini membahas kolaborasi digital, salah satunya adalah pengembangan Umrah Digital Enterprise. Kolaborasi ini melibatkan dua unicorn asal Indonesia, Tokopedia, Traveloka dan perusahaan teknologi asal Arab Saudi, Wadi Makkah. Hasil kolaborasi ini adalah aplikasi platform umrah digital.
Pengembangan aplikasi sempat jadi isu liar, lantaran dianggap akan menggantikan peran penyelenggara perjalanan ibadah umroh (PPIU).
Betul atau tidak, pemain bisnis di sektor ini musti cepat berubah. Karena di masa depan, bisa jadi para pemain bisnis dari luar bisa melakukan eksvansi, atau malah jamaahnya yang memilih PPIU lain karena alasan kemudahan.
Pengurusan visa, pemesanan pesawat, hotel hingga belanja jadi lebih mudah. Khusus belanja, teknologi QR code mungkin akan diterapkan.
Jika tak ingin tergerus, semua musti berubah dan melakukan inovasi. Jika masih ada PPIU yang nakal dan service yang minimal, maka jamaah akan mudah berganti provider.
Namun tentu, ada yang harus diinovasi ada yang harus dipertahankan. Meski diinovasi, transaksi unik di pasar- pasar tradisional sekitar Masjid Nabawi maupun Masjidil Haram mesti dipertahankan.
Begitu juga tradisi halaqah atau bimbingan mendalam dari para mutawwif, sungguh memperdalam silaturrahim dan the taste of spiritual. Apalagi revolusi industri tak melulu harus serba digital. Lebih dari itu, revolusi industri adalah perubahan cara pandang.
Pada akhirnya perubahan teknologi memang membutuhkan sentuhan hati. Agar revolusi industri tak membunuh rasa.
Semua itu karena haji atau umroh meniscayakan peningkatan spiritual secara personal, bukan komunal. Hanya dirinya (jamaah) dan Tuhan yang tahu bagaimana pengalaman spiritual yang dirasakannya.
Semua tahapan ritual dan proses komunikasi dan interaksi jamaah secara universal itulah yang membuat the taste of spiritual dari ibadah umrah melahirkan perubahan yang paripurna, atau mabrur.