Membaca Sjafruddin Prawiranegara : Peletak Dasar Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia

Sjafruddin Prawiranegara disamping mempunyai pemikiran politik dan agama ia juga memiliki pemikiran ekonomi. Bahkan bisa disebut sebagai peletak dasar strategi pembangunan ekonomi Indonesia.

Membaca Sjafruddin Prawiranegara : Peletak Dasar Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia
Diskusi buku "Sjafruddin Prawiranegara: Biografi Pemikiran Ekonomi Islam Indonesia," di kantor Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten. Kamis, (19/4/2019)/indokampus.com

MONITORDAY.COM - Sjafruddin Prawiranegara disamping mempunyai pemikiran politik dan agama ia juga memiliki pemikiran ekonomi. Bahkan bisa disebut sebagai peletak dasar strategi pembangunan ekonomi Indonesia.

Demikian dikatakan Edi Sudarjat, penulis buku "Sjafruddin Prawiranegara: Biografi Pemikiran Ekonomi Islam Indonesia," dalam bedah buku yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten yang bekerjasama dengan Banten Institute For Regional Development (BIRD).

"Sjafruddin sebagai peletak dasar strategi pembangunan ekonomi Indonesia, dengan pemikiran Ekonomi Islamnya," ujar Edi, di kantor Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten. Kamis, (19/4/2019).

Ia menyebut, kenapa judul bukunya itu lebih membahas terkait pemikiran ekonomi mantan presiden pemerintah Darurat RI itu, karena memang dia selain mempunyai pemikiran politik, Ia juga mempunyai pemikiran ekonomi yang hebat pada masanya.

Kemudian Edi menambahkan, melalui buku yang sedang di diskusikan itu, Publik harus tahu bahwa Sjafruddin merupakan pemikir ekonomi yang hebat bahkan lebih dari Soemitro yang merupakan ekonom terkenal di Indonesia.

"Tujuannya supaya orang lain tau pak Sjafruddin itu tokoh penting dibidang ekonomi lebih penting dari sumitro itu sendiri, karena sumitro sendiri yang mengakui, ya bapaknya Prabowo itu," ungkapnya.

Sementara menurut Direktur SDM BIRD, Nurdin saweh, yang hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut menyatakan, Sjafruddin sebagai tokoh yang mempunyai pemikiran ekonomi yang maju pada masanya.

"Pemikiran ekonomi pak Sjaf pada masanya merupakan pemikiran yang maju. Namun tentu saja untuk konteks saat ini diperlukan kajian ulang seperti dalam hal menolak nasionalisasi," ungkap Nurdin.

Nurdin berujar, sebenarnya pemikiran Sjafruddin, awalnya dianggap kontroversial, seperti tentang modal asing, swasembada pangan, dan menekan inflasi setara agar berimbang. Pemikiran itu belakangan dibenarkan dan kemudian diimplementasikan oleh Orde Baru hingga Kabinet Pembangunan II.

Selain itu, kendati Sjafruddin sering kali membicarakan ekonomi Islam, sebenarnya dia tidak pernah belajar Islam secara formal, serta juga bukan santri. Namun karena dia bergaul dengan para mubalig di DII, kemudian juga dengan tokoh Mas bumi, karenanya dituntut untuk belajar Islam.

Karena itu, kata Nurdin, kita dituntut untuk mencontoh kesungguhan dia dalam belajar. Karena menurutnya proses belajar tidak akan berhenti hingga kapanpun dan tidak mengenal usia. Selain itu, patut juga diteladani kesederhanaannya, karna Sjafruddin sosok figur yang sederhana. "apalagi istrinya jualan gorengan” imbuh Nurdin.