Melambatnya Ekonomi Tiongkok

Melambatnya Ekonomi Tiongkok
ilustrasi perang dagang AS-Tiongkok (c) dw.com

MONITORDAY.COM- Setelah lama menikmati pertumbuhan ekonomi yang fantastis, Tiongkok  telah melaporkan laju pertumbuhan kuartalannya yang paling lambat sejak krisis keuangan global 2008. Laporan ini memberi sinyal bahwa ekonomi dunia juga harus diwaspadai agar tidak tergerus dampak kondisi ini.

Angka pertumbuhan untuk kuartal Juli hingga September adalah 6,5%.Angka ini sebenarnya tidak jauh dari perkiraan para analis. Reuter, misalnya mematok prediksi di 6,6%. Sangat kontras dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang mencapai dua digit dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok semakin tertekan berhadapan dengan strategi ekonomi AS yang diterapkan oleh Donald Trump.  

Tingkat utang yang tinggi dan perang dagang yang intensif dengan AS telah menjadi tantangan ekonomi bagi Tiongkok. Utang Luar Negeri Tiongkok  mencapai USD 1,7 Triliun per-Desember 2017. Jumlahnya cukup besar, walaupun rasionya terhadap PDB hanya 14%. Perang dagang dengan AS akan menekan laju pertumbuhan ekonomi Tiongkok hingga beberapa bulan ke depan.  

Ibarat berperang di dua medan yang berbeda sekaligus, Tiongkok harus pandai membuat langkah kebijakannya. Di satu sisi mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya dengan berhati-hati terhadap resiko keuangan yang timbul. Di sisi lain harus berhadapan dengan AS dalam perang tarif. Hal ini telah dilansir BBC (19/10/2018) lalu.  

Tiongkok telah lama mendorong untuk memperlambat ekspor dan lebih mengandalkan konsumsi domestik untuk pertumbuhan. Jumlah penduduknya yang banyak atau dikatakan sebagai ekonomi ‘big size’.  Mengandalkan pasar dalam negeri saja tentu tidak cukup untuk mendorong mesin ekonominya agar tetap berjalan dengan sehat.

Pemerintah Tiongkok telah berjuang untuk membendung utang yang didorong oleh gelombang pembangunan infrastruktur - dan gelembung perumahan tanpa menghambat pertumbuhan. Langkah-langkah Beijing untuk mendukung ekonominya, termasuk memotong persyaratan modal untuk meningkatkan likuiditas, dan mengurangi perlambatan.