Media Massa Perlu Terus Gaungkan Isu Pengendalian Tembakau

MONITORDAY.COM - Isu pengendalian tembakau saat ini belum menjadi topik utama pembasan media-media massa di Indonesia. Isu ini cenderung masih kalah dengan isu-isu lainnya yang dianggap lebih 'menarik' untuk diangkat.
Padahal jika melihat perkembangan pengendalian tembakau di Indonesia, saat ini sudah ada dalam tahap menghawatirkan, mengingat jumlah perokok pemula di usia belasan terus meningkat dari tahun-ketahun.
Dewan Penasehat Indonesia Institute for Social Development (IISD), Sudibyo Markus dalam diskusi media yang digelar di Jakarta pada Rabu (23/2/2022), menyoroti peran media dalam mengangkat isu-isu penting soal pengendalian tembakau ini.
"Seberapa penting atau relevan isu pengendalian tembakau bagi bangsa kita. Kalau penting, apakah penting juga bagi media kita untuk mengangkat soal isu tembakau ini," ujarnya.
Sudibyo mengungkapkan, ada beberapa negara yang saat ini sudah 'berlari' dalam isu pengendalian tembakau. Misalnya New Zealand, yang telah mengeluarkan undang-undang tentang pelarangan anak berusia 14 tahun atau sebelumnya untuk membeli dan merokok.
"Ini sebagai upaya yang patut dicontoh, agar di tahun-tahun mendatang akan terputus generasi perokok ini," jelas dia.
Sudibyo juga menyebut, China dan India, sebagai penghasil tembakau terbesar di dunia sekaligus juga memiliki jumlah perokok terbesar, mereka telah berkomitmen meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).
Sementara Indonesia, sudah hampir 20 tahun sejak perjanjian FCTC disepakati pada tahun 2003, hingga saat ini belum juga mau berkomitman menjalankan koridor-koridor yang tertuang di dalamnya.
Menurut Sudibyo, ada beberapa hal yang melatarbelakangi hal tersebut, antara lain faktor intervensi politik, kemudian faktor ekonomi karena dianggap menjadi salah satu sumber pendapatan negara, serta opini publik terhadap tembakau begitu kuat.
"Misalnya banyak yang mempertanyakan soal nasib pegawai industri rokok, soal nasib petani tembakau dan sebagainya," lanjutnya.
Padahal jika melihat dampak tingginya tingkat komsumsi rokok ini tidak main-main, mulai dari dampak kesehatan, seperti ancaman generasi muda terkena stunting dan kurang gizi, hingga dampak ekonomi seperti ancaman kemiskinan yang mengintai masyarakat.
Karena itu, dalam hal ini perlu komitmen dari media massa baik cetak, elektronik, maupun digital, untuk terus mengangkat isu pengendalian tembakau ini agar dampak-dampak diatas bisa lekas teratasi. "IISD juga mungkin perlu membentuk tim media yang khusus menyoroti soal isu ini," demikian Sudibyo Markus.