Makna Azan, Hati Siwabessy Yang Non-Muslim dan Narasi Menag Yaqut

Makna Azan, Hati Siwabessy Yang Non-Muslim dan Narasi  Menag Yaqut
Suara azan dan yaqult (Dok: Istimewa)

MONITORDAY.COM -Hati dan nyali kita menjadi ciut dan kecil di hadapan kebesaran Allah SWT seketika kita mendengarkan lantunan takbir suara azan. Segenap pikiran dan perasaan tercurah hanya merenungkan kebesaran Allah SWT. Setinggi apa pun jabatan dan sebanyak apa pun kekayaan harus segera melupakannya sambil menjawab suara azan: Allahu Akbar.

Bahkan azan inilah yang berhasil membakar semangat arek-arek suroboyo. Pekikan takbir Bung Tomo dalam setiap pidatonya tak hanya membakar semangat perjuangan arek-arek Surabayan yang muslim, tapi juga membuat hati non-Muslim bergetar dan turut berjuang.

Bung Tomo dalam dalam bukunya "Menembus Kabut Gelap", menjelaskan bahwa pada pengumuman Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) pertama kali -setelah bisa mengudara pada 13 Oktober 1945 menjadi moment pertama kali baginya mengumandangkan takbir.

“Sebab kekuatan siapa lagi yang akan kita andalkan, sedangkan senjata tidak lengkap. Lawan kita pasukan Inggris sudah siap siaga memusatkan panser-panser dan kapal-kapal perangnya. Kecuali semangat patriotism, saya kira tidak lain kekuatan kita hanya perlindungan Allah. Perlindungan Allah itu hanya bisa terjadi kalau kita menyadari bahwa Allah itu Mahakuasa. Untuk menunjukan Allah itu Mahakuasa saya kira perlu diresapkan makna ucapan yang selalu menggetarkan jiwa manusia, baik pada waktu perang maupun waktu mendengar seruan azan, Allahu Akbar,” tulis Bung Tomo.

Siapa sangka, pidato-pidato Bung Tomo yang selalu dipungkas dengan pekikan takbir itu menarik perhatian seorang pemuda Maluku yang juga berprofesi sebagai dokter. Siwabessy namanya. Dalam sebuah acara, Siwbessy secara terang menyampaikan kepada Bung Tomo bahwa pekikan takbir tersebut telah menggerakan jiwanya.

Siwabessy pun heran, terlebih ia seorang non-Muslim. Hal itu pun disampaikan Siwabessy kepada Bung Tomo. Siwabessy mengaku takbir yang dikumandangkan Bung Tomo seolah membuatnya melupakan segalanya dan mendorongnya untuk ikut dalam perjuangan bersama Bung Tomo.

“Saya katakan kepada Pak Siwabessy, karena Anda mengetahui apa artinya Allahu Akbar (Allah Mahabesar) itu, maka Anda telah meninggalkan segalanya pergi berjuang,” tulis Bung Tomo.

Jika Siwabessy yang non muslim saja bergetar hatinya mendengar pekikan takbir. Lantas ada apa dengan Yaqut Cholil Qoumas yang diangkat Presiden Jokowi sebagai Menteri Agama membandingkan lantunan azan dengan suara hewan? ada apa Yaqut?

Diketahui sebelumnya, Menteri Agama Yaqut mengatakan penggunaan pengeras suara di masjid harus diatur agar tercipta hubungan yang lebih harmonis dalam kehidupan antarumat beragama. Dia pun mengibaratkan gonggongan anjing yang menggangu hidup bertetangga.

"Kita bayangkan, saya Muslim saya hidup di lingkungan nonmuslim, kemudian rumah ibadah mereka membunyikan toa sehari lima kali dengan keras secara bersamaan, itu rasanya bagaimana?" kata Yaqut di Pekanbaru, Riau, dikutip Antara, Rabu (23/2).

Contohnya lagi, misalkan tetangga kita kiri kanan depan belakang pelihara anjing semua, misalnya menggonggong di waktu yang bersamaan, kita terganggu tidak? Artinya semua suara-suara harus kita atur agar tidak menjadi gangguan," ujar Yaqut menambahkan.

Menanggapi ucapan Yaqut, Diaspora Indonesia di New York, Syamsi Ali mengimbau Yaqut sebaiknya berpikir sebelum berucap.

Menurutnya, seorang pejabat pasti mengetahui cara mengkomunikasikan sebuah masalah secara benar dan proporsional.

Terlebih, dia mengatakan hal tersebut berkaitan dengan agama yang sangat sensitif.

"Pejabat pastinya tahu mengkomunikasikan masalah scr benar & proporsional. Apalagi kaitannya agama, tahu sendiri bisa sensitif," ujarnya.

Presiden Nusantara Foundation tersebut mengungkapkan suara adzan dan sholawat itu indah dan penuh makna.

Lebih lanjut Shamsi Ali menegaskan, bahwa suara adzan dan sholawat itu indah dan penuh makna, karenanya tidak pantas dicontohkan suara anjing.

“Gus Menteri, semoga ini salah komunikasi/salah memberi contoh saja. Pejabat pastinya tahu mengkomunikasikan masalah scr benar & proporsional. Apalagi kaitannya agama, tahu sendiri bisa sensitif. Suara azan & sholawat itu indah & penuh makna. Tdk pantas dicontohkan suara anjing,” tulis Shamsi Ali di akun twitter pribadinya @ShamsiAli2, Rabu (23/2/2022).

Pandemi yang belum mereda di seantero dunia ini, mesti menjadi perhatian bersama, termasuk Yaqut agar mampu menghadirkan narasi yang positif, sehat, layaknya vaksin bukan melontarkan narasi seperti virus yang tak menyehatkan.