Maarif Institute Luncurkan Kisah Perjalanan Pimpinan Ponpes Ke Jepang

Maarif Institute Luncurkan Kisah Perjalanan Pimpinan Ponpes Ke Jepang
Sumber gambar: conveyindonesia.com

MONITORDAY.COM - Dalam sebuah pepatah, dikatakan bahwa tuntutlah ilmu walau ke negeri China. Pepatah ini seolah sedikit dimodifikasi oleh Maarif Institute, menjadi tuntutlah ilmu ke negeri Sakura. Diawali dengan inisiatif Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta yang bekerja sama dengan pemerintah Jepang untuk memberangkatkan pimpinan ponpes di Indonesia ke Jepang.

Program ini dinamakan Pesantren Leaders Visit to Japan. Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2004 - 2019. Tahun 2020 ditiadakan karena pandemi. Di Jepang para pimpinan pesantren mengunjungi situs-situs keagamaan dan komunitas muslim di sana. Para ustaz dan ustazah juga diajak melihat keseharian masyarakat Jepang.

Setelah berjalan selama lebih dari satu dekade, dan melahirkan 168 alumni, Maarif Institute bekerja sama dengan PPIM dan UNDP berinisiatif membukukan kisah-kisah dari sebagian alumni program tersebut. Tak hanya itu, Maarif Institute juga sekaligus melakukan penelitian terhadap keberhasilan program tersebut.

Dilansir dari islami.co, menurut Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Abd Rohim Ghazali, buku yang diluncurkan merupakan salah satu luaran dari kegiatan ini. Di mana terdapat 4 hal utama yang ingin dilihat.

“Pertama, kami ingin mengidentifikasi aktivitas kiai, nyai, ustadz, dan ustadzah alumni program pasca rihlah ke Jepang. Kedua, memeriksa dampak apa saja yang terjadi di pesantren, misalnya dalam kurikulum, metode pembelajaran, maupun aktivitas yang dikembangkan. Ketiga, menganalisis sejauhmana manfaat yang dirasakan pesantren. Dan terakhir atau keempat, mengidentifikasi tantangan yang dihadapi dan solusi yang diambil dalam menerapkan pembelajaran yang didapat di Negeri Matahari Terbit,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, Ismatu Ropi, mengungkapkan bahwa evaluasi dan studi dampak ini ingin melihat impact secara keseluruhan, baik yang bisa diukur maupun tidak.

“Buku yang diluncurkan merupakan rekaman dari dampak-dampak yang tidak bisa diukur, yang perubahannya bersifat personal, ke dalam diri. Nanti kita juga akan mengikuti paparan dari dampak-dampak yang bisa diukur. Misalnya terkait kebersihan, metode pembelajaran, dan aktivitas yang dikembangkan,” terangnya.