Larangan Merasa Paling Suci Dalam Al Qur'an

MONITORDAY.COM - Dalam kehidupan sehari-hari, tak jarang kita menemui sifat individu yang merasa paling benar, paling suci, paling hebat dibanding yang lain. Sifat ini merupakan bagian dari akhlak tercela. Al Qur'an melarang kita untuk merasa diri paling suci dari yang lain. Hal ini merupakan bagian dari kesombongan. Sementara dalam sebuah riwayat disebutkan tidak akan masuk surga seseorang manakala dalam dirinya terdapat sebiji zarah kesombongan.
Dalam QS. An Najm: 32 Allah SWT berfirman: "Dan janganlah kamu merasa suci, Dia yang lebih tahu siapa orang yang bertakwa". Ayat ini secara tegas melarang sikap merasa diri suci sembari meremehkan orang lain. Allah SWT Maha Tahu siapa yang benar-benar bertakwa kepadanya. Boleh jadi orang yang merasa suci tersebut merasa dirinya bertakwa, padahal di hadapan Allah SWT dia jauh dari status mulia tersebut.
Sikap merasa suci dan baik telah diteladankan oleh Iblis sewaktu diminta sujud kepada Adam. Iblis berkata aku lebih baik darinya. Aku diciptakan dari api sementara Adam dari tanah. Akibat kesombongan ini, maka Iblis pun dihukum oleh Allah SWT menjadi makhluk terkutuk. Kesalahan Iblis tidak dimaafkan oleh Allah SWT karena dia tidak merasa bersalah. Berbeda dengan Adam yang dimaafkan kesalahannya karena dia bertaubat.
Sikap merasa suci tak hanya perlu dihindari oleh individu, namun juga oleh komunitas baik organisasi, bangsa, suku dll. Sikap merasa paling hebat dalam sebuah komunitas tak jarang melahirkan rasisme bahkan kolonialisme. Dalam sejarahnya pernah terjadi ras kulit putih merasa lebih baik dibanding ras kulit hitam. Dengan alasan tersebut mereka melakukan perbudakan dan diskriminasi kepada masyarakat kulit hitam. Pernah juga muncul sikap pribumi lebih berhak mendapatkan kekayaan negara dibandingkan asing. Akhirnya terjadi kekerasan yang menimbulkan korban terhadap warga keturunan.
Selayaknya sebagai individu maupun komunitas kita mampu rendah hati walaupun dianugerahi berbagai kelebihan. Hal ini akan menciptakan perdamaian dan kerja sama serta saling melengkapi. Namun jika setiap kelompok berlomba-lomba mengatakan kelompoknya yang paling baik, paling benar, maka konflik akan terjadi. Manusia pun akan gagal menjalankan tugasnya sebagai khalifatullah fil ardh.