Langkah Holding BUMN Indonesia Battery Corporation

MONITORDAY.COM - Baterai listrik menjadi proyek masa depan. Indonesia mendapat berkah karena bahan bakunya ada di sini. Indonesia dapat memainkan peranan yang strategis ke depan karena memiliki bahan baku primer untuk baterai kendaraan listrik, khususnya nikel, kobalt, alumunium, tembaga dan mangan. Tinggal bagaimana para pengambil kebijakan mampu bernegosiasi agar kepentingan nasional dan rakyat Indonesia dapat dilindungi.
Dilansir dari situs milik Institut Teknologi Bandung (ITB), berdasarkan data Mineral Commodity Summaries 2019 dari United State of Geological Survei (USGS) tahun 2019, Indonesia mempunyai cadangan nikel terbesar di dunia yaitu sebesar 21 juta ton nikel ekivalen pada 2018 dan tingkat produksi tambang pada tahun tersebut sebesar 560.000 ton nikel ekivalen. Cadangan nikel di Indonesia adalah dalam bentuk deposit nikel laterit yang merupakan produk laterisasi atau pelapukan batuan ultramafik (batuan yang mengandung magnesium dan besi).
Disamping itu, mineral kritis merupakan mineral masa depan yang dibutuhkan, mengikuti perkembangan teknologi untuk memperoleh energi yang lebih bersih. Energi hijau ini dapat dimanfaatkan untuk kendaraan bermotor listrik maupun berbagai keperluan lain.
Direktorat Jenderal EBTKE telah menggunakan teknologi baterai terutama untuk keperluan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Untuk kendaraan listrik penggunaan teknologi baterai ini dapat dikategorikan lagi menjadi berbasis NCA (Nickel Cobalt Aluminium Oxide) yang telah digunakan oleh produsen mobil Tesla, NMC (Nickel Manganese Cobalt Oxide) dan LFP (Lithium Ferro Phosphate).
Teknologi bateri listrik juga terus berkembang. Baik dalam kemampuan menyimpan energi maupun kecepatan pengisian ulang baterai. Pada awalnya dalam penggunaan EBT di Indonesia digunakan baterai yang berbasis lit asset, kemudian lithium fosfat dan terakhir menggunakan lithium ion. Letak perbedaan dari ketiganya terletak pada performa atau efisiensi baterai dan suhu, dimana suhu ini nantinya akan berkaitan dengan kinerjanya.
Kajian ini relevan dengan pernyataan Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Agus Tjahajana Wirakusumah menyampaikan perkembangan rencana kerja sama antara Badan Usaha Milik Negara atau BUMN dengan calon mitra untuk menggarap proyek baterai kendaraan listrik di Tanah Air. Indonesia yang memiliki bahan baku dan pasar luas adalah surga bagi perkembangan investasi baterai kendaraan dan energi hijau pada umumnya.
Para investor pengembang baterai melirik potensi Indonesia yang sangat menarik. Termasuk Tesla yang ingin masuk ke sistem penyimpanan energi atau Energy Storage System(ESS). LG dalam proses negosiasi. Syarat-syarat yang diminta LG yaitu ingin terjamin bahan baku selama berproduksi. Semua mitra takutnya misal 10-20 tahun habis (bahan baku), karena itu mereka ingin memastikan bahan baku cukup supaya investasi tidak sia-sia.
Kini perkembangan teknologi baterai semakin menjanjikan. Baterai yang mampu mengisi penuh dalam lima menit telah diproduksi di pabrik untuk pertama kalinya, menandai langkah signifikan menuju mobil listrik menjadi secepat pengisian bahan bakar kendaraan bensin atau diesel.
Kendaraan listrik adalah bagian penting dari tindakan untuk mengatasi krisis iklim, tetapi kehabisan biaya selama perjalanan merupakan kekhawatiran bagi pengemudi. Baterai lithium-ion baru dikembangkan oleh perusahaan Israel StoreDot dan diproduksi oleh Eve Energy di China pada jalur produksi standar.
StoreDot telah mendemonstrasikan baterai "pengisian cepat yang ekstrim" pada ponsel, drone, dan skuter dan 1.000 baterai yang kini diproduksi akan memamerkan teknologinya kepada pembuat mobil dan perusahaan lain. Daimler, BP, Samsung, dan TDK semuanya telah berinvestasi di StoreDot, yang telah mengumpulkan $ 130 juta hingga saat ini dan dinobatkan sebagai Pelopor Pembiayaan Energi Baru Bloomberg pada tahun 2020.
Baterai dapat diisi penuh dalam lima menit tetapi ini akan membutuhkan pengisi daya yang jauh lebih tinggi daripada yang digunakan saat ini. Menggunakan infrastruktur pengisian daya yang tersedia, StoreDot bertujuan untuk mengirimkan 100 mil pengisian daya ke aki mobil dalam lima menit pada tahun 2025.
Hambatan nomor satu untuk adopsi kendaraan adalah pengguna yang takut terjebak di jalan raya atau harus duduk di stasiun pengisian daya selama dua jam. Tapi jika pengalaman pengemudi persis seperti mengisi bahan bakar [mobil bensin], seluruh kecemasan ini hilang.
Baterai Li-ion yang ada menggunakan grafit sebagai satu elektroda, di mana ion litium didorong untuk menyimpan muatan. Tetapi ketika ini diisi dengan cepat, ion-ion tersebut menjadi padat dan dapat berubah menjadi logam dan menyebabkan hubungan arus pendek pada baterai.
Baterai StoreDot menggantikan grafit dengan partikel nano semikonduktor tempat ion dapat lewat dengan lebih cepat dan mudah. Nanopartikel ini saat ini berbahan dasar germanium, yang larut dalam air dan lebih mudah ditangani dalam pembuatan. Namun rencana StoreDot adalah menggunakan silikon, yang jauh lebih murah, dan prototipe ini diharapkan akan dibuat akhir tahun ini. Myersdorf mengatakan biayanya akan sama dengan baterai Li-ion yang ada.