Ketika Para Pelawak Menjadi Tak Lucu Lagi
Jangan sampai lelucon yang dilontarkan malahan menyerang pihak tertentu, menunjukkan intoleransi serta antikehinneka-an.

MONDAYREVIEW.COM – Berawal dari cuitan di twitter, komedian Ernest Prakasa memantik kontroversi. Ernest dengan skeptis bertanya mengapa Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan hangat menjamu ustadz Zakir Naik yang terang-terangan mendanai ISIS.
Cuitan tersebut kemudian dihapus Ernest yang terkenal sebagai comic di stand up. Ernest pun menyampaikan permohonan maaf atas kicauannya tersebut. Namun, apa yang diujarkan oleh Ernest sendiri sebenarnya bukan kali pertama. Beberapa cuitannya yang terlacak juga menunjukkan sikapnya yang menyerang umat Islam, intoleran, serta antikebhinneka-an.
Bukan kali ini saja para pelawak membuat ulah melalui media sosial. Sebelumnya juga ramai diberitakan komedian Uus yang mengkritik Habib Rizieq Shihab. Uus pun kemudian melakukan permohonan maaf kepada publik dan sowan ke Majelis Ulama Indonesia.
Candaan sesungguhnya menunjukkan sinyalemen demokrasi. Dalam negara yang mapan secara demokrasinya, pihak pemerintah pun menjadi bahan bercandaan. Namun, tentu saja ada batasan dalam setiap bahan lelucon. Jangan sampai lelucon yang dilontarkan malahan menyerang pihak tertentu, menunjukkan intoleransi serta antikehinneka-an.
Demokrasi bukan berarti tanpa batas. Tetap ada nilai-nilai universal yang harus dipegang, dimana lelucon pun semestinya mematuhinya.