Kerajinan Wayang Solo kini Menjalar ke Pasar Dunia

MONITORDAY.COM - Warisan budaya Indonesia dengan membawa kerajinan wayang asal Solo sudah mulai menjalar pasar asing diantaranya negara-negara asia dan Amerika.
"Saat ini kan orang makin tahu apa itu wayang dan sebagian dari mereka ada yang tertarik, butuh dan akhirnya membeli," ujar pemilik Suryo Art Agus Suryono Tomo di Solo, Jumat (23/4).
Beberapa pasar asing yang sudah diakses di antaranya Jepang, Australia, Rusia, Amerika Serikat, Tiongkok, dan Perancis. Meski demikian, diakuinya, pengiriman tersebut kebanyakan langsung kepada konsumen.
"Jadi hanya sedikit yang dijual lagi, kebetulan memang ada yang punya galeri di sana. Selain itu, saya juga menerima pesanan dari kedutaan besar Indonesia yang ada di Negara-negara tersebut," katanya.
Meski demikian, dikatakannya, selama pandemi COVID-19 ini terjadi penurunan penjualan yang cukup signifikan. Ia mengatakan untuk saat ini rata-rata penjualan dalam satu bulannya hanya 30 wayang.
"Kalau sebelum pandemi penjualan saya bisa mencapai 50-200 pcs. Bahkan saya pernah menerima pesanan hingga 800 pcs," tutur dia.
Untuk wayang yang diproduksi berbagai macam, di antaranya yang berukuran kecil untuk souvenir, wayang untuk pentas dalang, lukisan wayang, dan hiasan wayang untuk pembatas ruangan. Sedangkan harganya juga berbagai macam, salah satunya untuk wayang souvenir harganya di kisaran Rp10.000 hingga ratusan ribu rupiah.
Selanjutnya, untuk lukisan wayang harganya Rp250 ribu-8 juta, pembatas ruangan dari harga Rp25 juta-35 juta, dan wayang untuk pentas dalang dijual dengan harga Rp500 ribu-5 juta.
Ia mengatakan harga tersebut tergantung dari kualitas termasuk bahan baku yang digunakan. Menurut dia, untuk wayang berbahan baku kulit kambing harganya lebih murah dibandingkan dengan wayang dengan bahan baku kulit sapi dan kerbau.
Sedangkan untuk koleksi yang paling banyak diminati adalah tokoh Pandawa Lima di mana merupakan tokoh protagonis dalam dunia pewayangan.
Sementara itu, disinggung mengenai bentuk dukungan yang diharapkan dari pemerintah adalah perlunya bantuan berupa infrastruktur, seperti mesin penghalus kulit.
"Selama ini untuk menghaluskan kulit atau kami menyebutnya 'ngerok' masih harus dijasakan. Selain itu, harapannya pemerintah bisa mendirikan sanggar khusus untuk pewayangan, sehingga masyarakat bisa datang dan makin tertarik untuk mengoleksi wayang," pungkasnya.