Kemendikbudristek Gelar Temu Inovasi Pembelajaran Di Tengah Pandemi

MONITORDAY.COM - Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag), dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), menggelar acara Temu Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi) ke-12, secara daring, Jumat (1/10).
Program Inovasi turut membahas studi terbaru tentang Kesenjangan Pembelajaran (Learning Gap), mendiskusikan dampak Covid-19 terhadap pembelajaran siswa, serta membagikan praktik upaya inspiratif pemulihan pembelajaran dari berbagai daerah.
Studi yang dilakukan oleh Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek, dan Inovasi berfokus pada siswa kelas 1-3 Sekolah Dasar (SD). Kelas tersebut dipilih mengingat bahwa momen tersebut menjadi kunci pembelajaran, atau periode di mana penguasaan pembelajaran siswa lemah, dan memengaruhi keberhasilan pembelajaran siswa.
Pada acara Temu Inovasi ke-12, berbagai pemangku kepentingan pendidikan di daerah turut memberikan beragam praktik inspiratif untuk memulihkan pembelajaran siswa dari dampak Covid-19. Di Kabupaten Bulungan di Provinsi Kalimantan Utara, misalnya, pemerintah mendukung pemulihan pembelajaran dengan fokus kepada kompetensi literasi, numerasi, dan karakter siswa.
Pemerintah daerah pun juga membuat strategi untuk pemulihan pembelajaran. Di sana, fokus pemulihan pembelajaran menjadi kebijakan prioritas utama intervensi program pendidikan satu tahun ke depan pada tahun 2022. “Ini pun kami lakukan dengan pembentukan Tim Teknis Program Pemulihan Pembelajaran di Disdikbud Kabupaten Bulungan yang berkoordinasi dengan Satgas Covid-19. Untuk jangka Panjang, kami memasukan literasi, numerasi, dan karakter kedalam RPJMD 2021-2026 sehingga menjadi fokus program pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Bulungan,” ujar Bupati Bulungan, Syarwani.
Pengalaman Guru Kelas 1 SD Masehi Wee Rame di Kabupaten Sumba Barat Daya di Provinsi NTT, Yuliana Wula Male, dalam memperkuat kualitas pendampingan orang tua turut menjadi contoh inspiratif upaya pemulihan pembelajaran. Di daerahnya, sebagian besar orang tua atau wali siswa tidak dapat membaca sehingga meski sudah ada modul Kurikulum Khusus untuk siswa dan orang tua, mereka tetap tidak dapat mendampingi anaknya saat belajar di rumah.
“Namun kami tidak menyerah. Sekolah dengan dukungan Inovasi melakukan sosialisasi modul Kurikulum Khusus kepada orang tua siswa. Kami pun mengunjungi rumah siswa untuk memastikan orang tua, atau dengan bantuan anggota keluarga lainnya, melakukan perannya. Selain itu, kami juga menginformasikan tentang pelaksanaan belajar dari rumah (BDR) di titik kumpul, dan berdiskusi dengan orang tua saat kami berpapasan di jalan demi untuk mengetahui perkembangan siswa atau bantuan apa yang mereka butuhkan,” ungkap Yuliana.
Mendorong pemerataan akses pembelajaran bagi semua anak, tanpa terkecuali, adalah suatu bentuk upaya yang juga dapat dilakukan untuk memulihkan pembelajaran siswa. Ketua Forum Pendidik Madrasah Inklusif (FPMI) Pusat Kemenag, Supriyono, mengatakan, FPMI yang beranggotakan para pendidik kreatif, fokus pada pendidikan inklusif. Tantangan bagi anak berkebutuhan khusus, kata dia, lebih menantang di masa pandemi.
“Kami terus memberikan dukungan kepada guru-guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif agar seluruh anak terlibat dalam proses pembelajaran, termasuk di masa pandemi Covid-19, Karena mewujudkan layanan yang inklusif berarti memberikan kesempatan pembelajaran yang bermakna kepada semua anak,” ujarnya.