Perkuat PJJ di Wilayah 3T, Ditjen Dikti Berikan Dukungan Ini
Sesuai SE Mendikbud Nomor 4 tahun 2020, beberap program telah dijalankan dalam rangka mitigasi dan mobilisasi untuk memberikan dukungan pembelajaran daring. Misalnya, mewhitelistkan sumber belajar daring di Perguruan Tinggi dan Kemendikbud.

MONITORDAY.COM - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Prof. Ir. Nizam, menyatakan bahwa pihaknya saat ini berpuaya untuk memeperkuat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk wilayah paling luar Indonesia terutama wilayah 3T. Beberapa program tengah dilaksanakan termasuk bekerjasama dengan pihak kementerian atau lembaga lain guna mewujudkan hal tersebut.
"Kita perlu memperkuat PJJ ke daerah-daerah yang belum tercover internet. misalnya melaluli BAKTI dari Kominfo menjangkau daerah 3T, dan juga pengembangan mini BTS bersama ITB, Telkom University, itu bisa membantu menjangkau wilayah tersebut," ujarnya.
Hal tersebut dikatakan Nizam dalam diskusi virtual bertajuk "PJJ di Wilayah 3T, Antara Harapan dan Kenyataan" yang digelar oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XV Nusa Tenggara Timur, pada Selasa (18/8).
Beberapa program lain juga dilakukan dalam rangka penguatan PJJ di wilayah 3T. Seperti bantuan pulsa untuk mahasiswa, penguatan platform daring SPADA baik server maupun bandwidth, kemudian memperluas akses pembelajaran Jarak Jauh UT agar layanan pendidikan bisa merata.
Selain itu, Kemendikbud juga dalam hal ini melakukan pelatihan dosen tentang pembelajaran daring yang sudah diikuti oleh 107.054 dosen, perbaikan dan penambahan modul, serta menggelar webinar-webinar nasional terkait pendidikan.
Nizam mengatakan, sesuai SE Mendikbud Nomor 4 tahun 2020, pihaknya telah melakukan mitigasi dan mobilisasi untuk memberikan dukungan pembelajaran daring. Misalnya, mewhitelistkan sumber belajar daring di Perguruan Tinggi dan Kemendikbud.
“Itu artinya, akses kepada konten-konten tersebut menjadi tidak berbayar alias gratis sejak akhir Maret,” kata Nizam.
Selain itu, Kemendikbud juga telah melakukan kolaborasi menyiapkan konten pembelajaran, sehingga para dosen tidak harus membuat materi pembelajarannya sendiri dan bisa berbagi antar perguruan tinggi. Hasilnya, konten-konten tersebut telah banyak dimanfaatkan oleh perguruan tinggi.
“Ada sekitar 300-an lebih perguruan tinggi yang saling berbagi konten ini,” tuturnya.
Untuk perguruan tinggi yang belum memiliki platform Learning Manajemen Sistem (LMS), Kemendikbud melalui platform SEPADA mempersilahkan untuk bisa menggunakan LMS berbasis Google suite dan sebagainya.
“Ada ribuan modul di laman SPADA Indonesia yang sudah bisa digunakan secara bersama-sama untuk pembelajaran. Itu semuanya adalah open source, open content,” tuturnya.
Lebih lanjut, Nizam mengungkapkan, bahwa pihaknya telah mensurvei 237.193 mahasiswa dari Sabang sampai Merauke. Hasilnya, dalam satu bulan sejak SE Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 lahir, hampir semua PT telah melakukan pembelajaran secara daring.