Kemendikbud Dukung Pengembangan Start Up Digital Dengan Program Bangkit

Kemendikbud Dukung Pengembangan Start Up Digital Dengan Program Bangkit
Sumber gambar: kemdikbud.go.id

MONITORDAY.COM - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI menggagas Program Bangkit guna mendorong start up digital dalam negeri untuk bisa berkembang.

Di era dimana perkembangan teknologi informasi sangat cepat, lulusan perguruan tinggi dituntut untuk bisa bersaing di dunia kerja dan wirausaha. Salah satu peluang yang cukup besar untuk berkembang ke depannya adalah industri start up digital. 

Program Bangkit merupakan program pendampingan dari Ditjen Dikti bekerja sama dengan google untuk mengembangkan start up unggulan. Peserta yang mendaftar akan diseleksi terlebih dahulu untuk dapat mengikuti program. 

Dilansir dari laman resmi Kemendikbud, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Kemendikbud, Nizam menjelaskan beberapa kelebihan program Bangkit. Salah satu poin penting yang dijelaskan Nizam adalah tentang dua topik pembelajaran yang menyiapkan mahasiswa untuk siap berkarir di bidang teknologi, di samping kurikulum machine learning, Kedua topik tersebut adalah pemrograman dengan pengembangan android dan dasar-dasar cloud yang berfokus pada Google Cloud Platform.
 
“Di setiap jalur pembelajarannya, peserta akan belajar tentang keterampilan penting yang berguna untuk mengembangkan karir masa depan mereka, seperti design thinking, kepemimpinan, komunikasi, keterampilan presentasi,” kata Nizam saat peluncuran program Bangkit secara daring, di Jakarta

Sementara itu, Head of Developers Training, Economic Impact Programs, ‎Google, William Florance, pada peluncuran program Bangkit menjelaskan, bahwa program ini berfokus pada individu-individu terpilih dan bertalenta dari seluruh Indonesia yang mencerminkan keragaman.

Sejak penyelenggaraan tahun lalu, ia mengaku antusias untuk melihat perkembangan lulusan program Bangkit dari waktu ke waktu. Harapannya, akan lebih banyak bermunculan unicorn di Indonesia dan melalui program ini akan lahir kompetitor-kompetitor baru, termasuk bagi Google.
 
“Saya bahagia karena kami rasa (program) ini sangat sukses pada 2020. Kami hanya menerima 10% dari seluruh pendaftar, artinya hanya 300 orang peserta yang terpilih dari tiga ribu pendaftar,” imbuhnya di sela-sela peluncuran program melalui daring, di Jakarta (15/2).

Pada tahun 2020, program ini berhasil melahirkan lulusan yang menjadi praktik baik dari program ini. 

Pertama, Iqbal Maulana, dari Jawa Timur yang saat ini bekerja di Phyton Developer on Pitech System. Iqbal sangat bersemangat mengerjakan Artificial Intelligence (kecerdasan buatan). Bahkan sebelum menyelesaikan Bangkit, dia merasa percaya diri mengejar karir dan bekerja pada industri peternakan.

Dalam industri peternakan ayam, penyakit hewan merupakan isu besar. Tugas Iqbal adalah mengaplikasikan AI dalam mendeteksi sejak dini penyakit-penyakit hewan ternak. Jadi, para peternak bisa memitigasi risiko dan mendapatkan pendapatan yang lebih baik. “Ini luar biasa. Kurang dari setahun dari menyelesaikan Bangkit, Iqbal sudah berhasil melakukan ini,” ungkap William kagum. 
 
Profil kedua adalah Tia Dwi Setiani. Tia awalnya tidak memahami progamming atau machine learning. Sekarang, dia bisa mentransformasikan dirinya menjadi developer profesional TensorFlow yang bersertifikat. Ibu dua anak ini sekarang menjadi developer kurikulum. Diceritakan William, Tia menyampaikan rasa terima kasihnya, karena melalui Bangkit, ia berhasil mendapatkan Sertifikasi TensorFlow yang membantunya mendapatkan pekerjaan saat ini di Dicoding Indonesia.

Bangkit telah memainkan peran penting dalam karier Tia baik hardskills dalam machine learning dan softskills yang dinilainya sangat berharga. “Tia juga akan menjadi instruktur Program Bangkit tahun ini. Sungguh luar biasa, dari murid menjadi instruktur hanya dalam waktu satu tahun,” imbuhnya.