Katib Aam PBNU: Seluruh Masyarakat Dunia Sedang Krisis, Bukan Hanya Islam

Katib Aam PBNU: Seluruh Masyarakat Dunia Sedang Krisis, Bukan Hanya Islam
Yahya Cholil Staquf/Net

MONITORDAY.COM - Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf menyatakan saat ini krisis tidak hanya terjadi di dunia Islam seperti yang disampaikan Presiden Perancis Emmauel Macron.

"Dalam penilaian yang seimbang, sesungguhnya seluruh masyarakat dunia sedang dalam krisis," kata Yahya melalui pesan elektronik yang diterima redaksi, Senin (2/11/2020).

Menurutnya, masyarakat dunia saat ini sedang dalam krisis di tengah pertentangan berbagai ideologi dan world views. Hal ini setidaknya dikuatkan dengan sikap dan cara Macron menyikapi pembunuhan Samuel Paty.

Yahya mengatakan Macron tidak sepenuhnya salah menyebut dunia Islam sedang dalam krisis karena keadaannya memang demikian. Krisis yang dimaksud adalah, dunia Islam belum sampai pada konsturksi keagamaan dan sosial politik, berintegrasi secara damai dan harmoni dengan dunia seluruhnya (the rest of the world).

Namun di sisi lain, Macron menyikapi masalah secara sepihak dari sudut pandang ideologi sekularisme ekstrem Perancis yang cenderung memandang agama hanya sebagai sumber masalah, dan tantangan ideologis yang harus dikalahkan. Pandangan sepihak inilah yang dikeluhkan bukan hanya oleh kalangan Muslim tapi juga oleh umat agama lainnya.

Karena itu, dalam hemat Yahya, dunia saat ini membutuhkan platform dialog yang didasarkan atas kejujuran untuk membangun konsensus mengenai nilai-nilai keadaban yang disepakati bersama. Shared civilizational values.

"Saya berpendapat, freedom of expression harus ditetapkan sebagai prinsip dalam hukum sedangkan penghormatan pada agama atau keyakinan yang berbeda diletakkan dalam domain budaya dan dikampanyekan sebagai nilai budaya," ucap Yahya.

Dikatakannya, Nabi Muhammad adalah subyek suci dalam agama Islam dan merupakan simbol utama Islam, merendahkan kehormatan Rasululllah dapat dianggap sebagai penghinaan terhadap Islam. Disamping itu, pandangan dominan dalam Islam menganggap bahwa menggambar sosok Nabi adalah terlarang. 

Namun, menanggapi penghinaan terhadap Nabi dengan membunuh pelakunya adalah tindakan biadab yang berpotensi memicu instabilitas yang meluas tanpa kendali. Umat Islam, menurutnya, harus menyikapi masalah dengan tenang dan tidak memperturutkan emosi. Sebab yang dihadapi sesungguhnya bukan hanya pihak yang menghina Islam, tetapi kebutuhan seluruh umat manusia dari latar belakang dan keyakinan yang beragam untuk menemukan landasan bagi integrasi global yang harmonis.

"Umat Islam harus bertindak dengan mematuhi hukum dan menyatakan sikap dengan cara-cara yang dilindungi hukum. Umat Islam tidak boleh mengikuti mereka yang memperalat Islam dan isu kartun Nabi sebagai senjata politik untuk mendapatkan keuntungan politik eksklusif dan sepihak atau dengan sengaja memicu konflik untuk menghancurkan lawan politik," demikian kata Yahya Staquf.

Diketahui, Presiden Macron menyebut Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis, di manapun di dunia. Macron menyatakan radikalisme Islam sebagai ancaman bagi masa depan Perancis, dan meneguhkan rencananya mereformasi Islam agar sesuai dengan nilai-nilai sekulerisme Perancis.

Hal itu diungkapkan Macron menanggapi penyerangan Samuel Paty (47 tahun), guru warga negara Perancis, pada 16 Oktober 2020. Paty diserang Abdullakh Anzorov, remaja 18 tahun, imigran asal Rusia tak jauh dari sekolah tempatnya mengajar di Conflans-Sainte-Honorine, 24 km dari pusat kota Paris.

Dalam penyerangan itu, Anzorov yang dibantu dua remaja lain memenggal kepala Paty hingga tewas. Penyerangan dipicu kemarahan Anzorov terhadap Paty yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad saat mengajar tentang kebebasan berpendapat di kelasnya. Sebelumnya, karikatur yang sama pernah dipublikasikan majalah satir Perancis, Charlie Hebdo pada 2015 yang pada akhirnya memicu penembakan berdarah di kantor Charlie Hebdo.[]