Kampanye Hitam Massif di Whatsapp : Kasus Brazil

Kampanye Hitam Massif di Whatsapp : Kasus Brazil
Fernando Haddad (c) the economist/ EPA

MONITORDAY.COM- Pengaruh media sosial dalam pemilu semakin kuat. Salah satu indikasinya terlihat dari dugaan manipulasi media sosial Whatsapp dalam pemilu di Brasil. Kandidat kiri Partai Buruh, Fernando Haddad, menuduh tokoh terdepan sayap kanan, Jair Bolsonaro melakukan praktik ilegal dengan membanjiri pesan di Whatsapp.

Memanfaatkan Whatsapp menjadi keniscayaan dalam kampanye politik di Brasil. Ada 120 juta akun pengguna WhatsApp di Brasil dari total populasi sebanyak  210 juta. Aplikasi ini adalah alat komunikasi yang sangat populer di antara teman, keluarga dan rekan kerja, bahkan melampaui Facebook - yang memiliki WhatsApp - dalam penggunaan.

Kasus ini mengingatkan kita pada dugaan pelanggaran yang ditemukan dalam pemilihan AS dan referendum Brexit Inggris dua tahun lalu. Bahkan Rusia disebut-sebut memiliki keterlibatan dalam pemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS.    

"Kami mendapat banyak berita, bahkan berita palsu, tetapi beberapa benar, tentang politik tetapi saya tidak berpikir itu sangat berubah dalam hal membuat keputusan," kata Ana Clara Valle, seorang insinyur 27 tahun di Rio sebagaimana dilansir AFP.

Fakta lain menunjukkan bahwa calon pemilih mendapat serbuan pesan dari kedua kandidat.  
Andre de Souza, seorang pengacara berusia 35 tahun yang merupakan konstituen Bolsonaro, mengatakan ia menerima sekitar 500 pesan WhatsApp sehari untuk dan melawan kedua kandidat.

Mempengaruhi opini publik tentu menjadi kewajaran bagi semua kandidat. Yang dipersoalkan adalah upaya massif pencemaran nama baik. Haddad membuat tuduhannya setelah surat kabar sirkulasi terbesar di Brasil, Folha de Sao Paulo, melaporkan telah menemukan kontrak senilai hingga US $ 3,2 juta masing-masing untuk perusahaan untuk mengirim pesan massal WhatsApp menyerang Partai Buruh.

Partai Buruh memastikan bahwa pihaknya telah mengidentifikasi sebuah kampanye fitnah dan pencemaran nama baik melalui WhatsApp dan, mengingat banyaknya pesan, mereka tahu bahwa ada uang kotor di baliknya. Uang itu tidak terdaftar di Pengadilan Pemilihan Tertinggi.

Sanggahan datang dari pihak Bolsonaro.  Pengacaranya, Tiago Ayres, mengatakan kepada harian keuangan Valor bahwa tidak ada bukti adanya hubungan antara perusahaan yang disebutkan oleh Folha de Sao Paulo dan kampanye Bolsonaro.

Indonesia perlu berkaca dari kasus ini. Dalam waktu 6 bulan ke depan sangat mungkin sebuah upaya serangan massif dengan memanipulasi media sosial akan terjadi. Publik perlu mencermati apakah ada konten yang melangggar hukum dan apakah ada penggunaan uang kotor untuk melakukan upaya massif melalui media sosial khususnya Whatsapp.