Jiwa Besar Rasulullah SAW Menerima Penolakan Dakwah

Jiwa Besar Rasulullah SAW Menerima Penolakan Dakwah
Kawasan Thaif di Arab Saudi

MONITORDAY.COM - Tidak semua hal yang kita inginkan menjadi kenyataan. Seringkali justru harapan tak sesuai kenyataan. Contohnya adalah penolakan yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari.

Jika kita mempunyai profesi sebagai sales, pasti kita pernah ditolak oleh calon pembeli. Jika kita menyukai seseorang, boleh jadi cinta kita ditolak saat menyatakannya. Jika seorang pengusaha, boleh jadi proposal bisnis kita ditolak oleh pemberi tender. 

Namun penolakan yang kita alami, tidak akan sesakit penolakan yang dialami oleh Rasulullah SAW. Mari kita dengarkan terlebih dahulu kisahnya. 

10 Tahun setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi, beliau mengalami ujian. Rasulullah SAW ditinggal wafat oleh orang-orang terkasihnya. Mereka juga yang selama ini melindungi Rasulullah SAW baik secara politik atau ekonomi. 

Kepergian istrinya Khadijah dan pamannya Abu Thalib membuat kaum kafir Quraisy menjadi berani mengintimidasi Rasulullah SAW. Puncaknya adalah pemboikotan umat Islam di lembah Syi'ib. 

Menghadapi penolakan dan kesulitan dakwah di Mekkah, Rasulullah mencoba peruntungan berdakwah ke luar Mekkah. Yakni ke daerah Thaif. Sepanjang perjalanan, Rasulullah mengajak kabilah yang dilewatinya untuk masuk Islam. 

Setelah sampai di Thaif, Rasulullah SAW mengajak para pembesar di Thaif untuk masuk Islam. Mereka adalah Abd Yalail, Mas'ud dan Hubaib. Sayangnya mereka bertiga menolak ajakan Rasulullah SAW. 

Rasulullah SAW meminta untuk bisa bersembunyi di Thaif. Setelah 10 hari tinggal di sana, akhirnya para penduduk Thaif pun mengusirnya. Tak hanya mengusir, penduduk pun melempari Rasulullah SAW dengan batu. 

Zaid bin Haritsah yang menemani Rasulullah SAW terluka lebih parah karena berusaha menghalangi lemparan batu tersebut. Mereka berdua berhasil melarikan diri. Mereka sampai di sebuah kebun anggur. 

Kebun anggur tersebut milik Utbah dan Syaibah. Keduanya anak dari Rabi'ah. Di sana Rasulullah SAW pun berdoa: 

''Ya Allah, Aku mengadukan kepadamu lemahnya kekuatanku, dan sedikitnya daya upayaku pada pandangan manusia. Wahai yang Maha Pengasih, Engkaulah Tuhan orang-orang yang merasa lemah, dan Engkaulah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau serahkan diriku, kepada musuh yang akan menguasaiku atau kepada keluargaku yang Engkau berikan segala urusanku. Tiada suatu keberatan asal tetap dalam ridla-Mu. Afiatmu lebih berharga bagiku. Aku berlindung kepada-Mu dengan nur wajah-Mu, yang menyinari segala kegelapan, dan yang memperbaiki urusan dunia dan akhirat, dari turunnya murka-Mu atasku atau turunnya azab-Mu atasku. Kepada Engkaulah kuadukan, hingga Engkau ridla. Tiada daya dan upaya melainkan dengan-Mu.''

Utbah dan Syaibah pun bersimpati. Mereka menyuruh pembantunya Addas untuk memberikan anggur kepada Rasulullah SAW. Setelah itu Rasulullah dan Addas berdialog. Addas kagum dengan agama yang dibawa Rasulullah SAW. 

Namun melihat itu, Utbah dan Syaibah segera mendatangi Addas. Lalu memarahinya karena hendak masuk kepada agama Islam. Rasulullah SAW pun kembali diusir oleh sang pemilik kebun anggur. Beliau dan Zaid bin Haritsah pun kembali ke Mekkah. 

Di tengah perjalanan, Rasulullah SAW didatangi oleh Jibril. Jibril menawarkan agar dua buah gunung diangkat dengan izin Allah SWT untuk meratakan penduduk Mekkah yang telah menyakiti Rasulullah SAW. 

Menjawab penawaran tersebut, Nabi Muhammad SAW justru menolaknya. Beliau justru berdoa agar kelak dari penduduk Mekkah ada orang yang bertauhid dan tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatupun. 

Jawaban ini mencerminkan jiwa besar yang dimiliki oleh Rasulullah SAW. Walaupun telah diperlakukan buruk dan tak semena-mena, namun Nabi Muhammad SAW tak menyimpan dendam. Dia bahkan mendoakan kebaikan bagi yang menzaliminya. 

Hal ini sudah seharusnya menjadi pelajaran bagi kita umatnya. Seringkali kita sudah putus asal menghadapi penolakan yang tidak lebih berat dari Nabi. Seringkali juga kita dendam terhadap orang yang menzalimi kita. 

Belajar dari Nabi, sudah selayaknya kita punya jiwa besar dan juga tidak pendendam. Hasilnya akan kita lihat setelahnya, Allah SWT akan memberikan kemenangan kepada hamba-hambaNya.