Jejak Bantuan Ottoman Selamatkan Eropa Saat Wabah dan Kelaparan Melanda
Kelaparan yang melanda Benua Eropa, khususnya warga Irlandia yang mayoritas beragama Kristen, telah menyulutkan hati nurani Khilafah Ottoman (kini- Turki) Sultan Abdul Majeed I yang rela menempuh ribuan mil untuk membantu negeri tersebut.

MONITORDAY.COM - Kekhalifaan Ottoman (kini-Turki) masa Sultan Abdul Majeed I sangat gusar dan merasakan kesedihan yang luar biasa terhadap musibah wabah dan kelaparan yang melanda benua Eropa, khususnya Irlandia.
Meskipun warga Irlandia berpenduduk Kristen, tak menyulutkan panggilan kemanusiaan Sultan yang dikenal dermawan untuk menyambangi benua biru yang jaraknya ribuan mil jauhnya dari ibu kota Ottoman, Istanbul. Informasi musibah berasal dari dokter gigi kekhalifaan Ottoman yang berasal dari Irlandia.
Monumen 'Great Famine di Costum House Quay di Dublin Docklands, Irelandia. untuk mengingat masa-masa sulit ketika kelaparan dan wabah melanda.
Dinukilkan dari www.irishcentral.com, kamis (9/4/2020) Sultan dengan cepat menawarkan £ 10.000--lebih dari satu juta poundsterling pada nilai saat ini ($ 1,3 juta)--untuk digunakan membantu orang-orang Irlandia yang kelaparan.
Namun, Ratu Victoria di Inggris telah membantu Irlandia dengan £ 2.000 dan penasihatnya di London menolak untuk menerima tawaran apa pun dari Kekhalifaan Turki karena bantuan Turki melebihi bantuan Ratu Victoria.
Dihadapkan dengan perintah ini, diplomat Inggris yang ada di Istanbul, Welesley menyarankan agar Sultan Abdul Majeed I menyumbangkan setengah dari dari jumlah sumbangannya. Dan jangan melebihi sumbangan Ratu Inggirs yang hanya memberi sumbangan senilai dua ribu pound saja, meski Irlandia adalah bagian dari Inggris pada saat itu.
Sultan Abdul Majeed enggan memangkas tawaran bantuan awalnya. Untuk meyakinkan otoritas Inggris bahwa bantuannya tidak melebihi dari sumbangan Ratu, Sultan pun mengirim £ 1.000 sebagai gantinya kepada Otoritas Irlandia .
Namun, sultan memiliki keinginan yang kuat untuk memberikan bantuan lebih banyak untuk tujuan kemanusiaan ini.
Sultan dan pasukannya diam-diam menemui wargaIrlandia dengan membawa makanan, obat-obatan, dan keperluan mendesak lainnya dengan jumlah yang paling besar dari seluruh bantuan negara lainnya, termasuk bantuan Ratu Victoria.
Konsekwensinya, kapal-kapal Ottoman harus melakukan perjalanan lebih jauh ke utara dan mengirimkan bantuan ke Pelabuhan Drogheda.
"Dia sangat ingin melakukan lebih banyak dan itulah sebabnya dia memerintahkan tiga kapal untuk membawa makanan, obat-obatan, dan keperluan mendesak lainnya ke Irlandia," kata Levent Murat Burhan, duta besar Turki di Dublin, terkait apa yang terjadi saat itu.
Burhan kepada kantor berita Turki, Anadolu, mengatakan, operasi bantuan bersejarah dilakukan secara diam-diam karena angkatan laut Inggris tidak akan mengizinkan kapal asing berlabuh di pelabuhan baik di ibu kota Dublin atau Cork.
"Jadi, kapal-kapal Ottoman harus melakukan perjalanan lebih jauh ke utara dan mengirimkan bantuan ke Pelabuhan Drogheda," jelasnya.
Pelabuhan Drogheda di pantai Sungai Boyne, menjadi saksi sejarah kedermawanan kekhalifaan Turki yang masih diingat oleh penduduk setempat, sejak 173 tahun yang lalu.
Pengunjung Museum Dublin dapat menemukan peringatan dan informasi tentang bantuan tak terlupakan dari Turki Ottoman ini, sebuah plakat di dinding sebuah bangunan pusat Drogheda, diresmikan pada tahun 1995 oleh Wali Kota Alderman Godfrey dan Duta Besar Turki untuk Irlandia, Taner Baytok.
Prasasti tersebut jelas berbunyi, "The Great Irish Famine tahun 1847 - Untuk mengenang dan mengakui kemurahan hati rakyat Turki terhadap rakyat Irlandia."
Selama kunjungan 2010 ke Ankara, Presiden Irlandia saat itu Mary McAleese menyatakan terima kasih rakyat Irlandia atas bantuan tersebut, mengatakan bahwa orang-orang Drogheda telah "memasukkan lambang bulan sabit dan bintang yang indah yang merupakan lambang bendera Turki, hampir diseluruh kota terdapat lambang tersebut. "
Lambang Klub Sepakbola Drogheda United yang ikut liga primer Irlandia.
Bahkan, lambang bulan sabit tersebut menjadi lambang tim sepak bola lokal, Drogheda United.
Terlepas dari plakat rasa terima kasih di pusat kota, bulan sabit dan bintang diukir pada batu dan dilukis di dinding.
Namun, mungkin bukti paling signifikan dari bantuan dan rasa terima kasih lokal untuk itu datang dalam surat yang ditandatangani oleh pejabat tinggi setempat Drogheda.
Dengan bangga, Duta Besar Burhan menunjukkan kepada kantor berita Turki, Anadolu Agency, mengenai salinan surat itu di kamar resminya di Dublin.
Surat ucapan terima kasih kepada Sultan Turki Abdul Majeed dari rakyat Irlandia
Surat itu berbunyi:
"Kami, sebagai bangsawan Irlandia, pejabat tinggi dan rakyat, menyampaikan rasa terima kasih kami kepada sultan Ottoman atas bantuannya yang murah hati kepada kami karena bencana kelaparan. Tak dipungkiri, kami harus minta bantuan dari negara lain termasuk Turki untuk mengatasi ancaman kelaparan dan kematian. Kami mengucapkan terima kasih dan berdoa untuk Sultan Ottoman dan negaranya untuk tidak menghadapi bencana seperti yang kita alami."
Inisiasi Sultan Abdul Majeed I membuat sejumlah negara Eropa terinspirasi dan mengaku kagum dengan sikap kedermawanan Sultan Ottoman yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan tanpa melihat latar belakang agama, suku dan bangsa.
Walau Negeri Irlandia mayoritas Kristen namun toleransi yang ditunjukan Sultan menjadi penyulut negara-negara Eropa yang mulanya negatif namun merasa malu dan kemudian menjadi simpatik kepada Sultan yang baik ini. Dengan bantuan Sultan, banyak warga Irlandia yang terselamatkan.
"Kami mengucapkan terima kasih dan berdoa untuk Sultan Ottoman dan negaranya untuk tidak menghadapi bencana seperti yang kita alami."
Sebuah artikel berjudul A Benevolent Sultan, yang ditulis dalam jurnal agama, memuji kemurahan hati Abdulmejid.
"Semoga simpati yang ditunjukan Sultan, dalam semua amal kemanusiaan umat manusia yang sama, dipupuk dan untuk selanjutnya dapat dipertahankan antara para pengikut bulan sabit dan salib!" tulisnya.
Jurnal nasionalis Irlandia juga merayakan pendekatan filantropi Sultan terhadap kelaparan Irlandia, menyebut Abdulmejid sebagai "pria yang baik, manusiawi, dan dermawan."
"Seorang yang percaya pada Mohammedanisme Islam, dia bertindak dalam semangat sejati pengikut Kristus, dan memberi contoh yang akan ditiru oleh banyak orang Kristen dengan baik untuk ditiru." catatanya.
Putra Irlandia James Joyce, novelis legendaris, bahkan menyebut bantuan Abdulmejid dalam karya besarnya Ulysses.
"Bahkan Grand Turk mengirimi kami piasternya," kata salah satu karakter buku itu, mengkritik kurangnya bantuan dari Inggris selama masa-masa sulit itu. Ia mengkritik Inggris yang kurang merespon kondisi di Irlandia, padahal negeri itu bagian dari Inggris saat itu. Justru Turkilah yang membantu Irlandia" sebutnya.
Duta Besar Burhan telah mengunjungi Drogheda beberapa kali, setiap kali ia mengunjungi Drogheda , selalu mendapat sambutan hangat dari politisi setempat.
Memang, rasa hormat dan cinta untuk orang Turki tidak pernah hilang. Dia ingat balapan amal dengan Frank Geoffrey, saat itu walikota Drogheda membawa bendera Turki.
"Dia pulang dan membawa bendera Turki untuk menjalankannya," kata Burhan, menjelaskan bahwa dia senang melihat walikota menyimpan bendera Turki di rumah.
Burhan juga mengatakan bahwa kedutaan sedang mengerjakan rencana untuk pertandingan sepak bola amal antara Drogheda United dan Trabzonspor, tim Liga Super Turki dari Black.
Dalam benak banyak orang, kisah kekhalifahan Ottoman (Dinasti Usmaninah) kini dianggap selalu menjadi ancaman. Dalam banyak benak mereka, cara bernegara seperti itu menakutkan. Anggapan yang ada kekhalifahan model Ottoman semuanya nista dan peyoratif. Publik dunia, termasuk Indonesia, dicecoki kesan kekuasaan politik Islam itu selalu menakutkan, penuh penyelewengan, dan brutal.
Namun, apakah benar begitu? Apakah kekuasaan itu tak punya rasa toleransi sedikit pun kepada pihak lain yang berbeda keyakinan atau agama?
Dan sebenarnya tudingan ini pun sama saja. Demokrasi dan sistem pemerintahan ala Barat masa kini pun sudah terbukti memakan korban jutaan orang. Tak hanya pembantaian orang dalam sejarah, bahkan dua perang dunia dan penjahan model penghisapan telah meletus karenanya.
Nah, salah satu model atau contoh dari nilai ideal dalam praktik kekuasaan Ottoman telah dilakukan Sultan Abdul Majed yang bertahkta di Turki sekitar dua abad silam. Ia ternyata tak segan memberikan sumbangan kepada negara lain yang jauh dan penduduknya bukan Muslim, yakni Irlandia.
Recep Tayyip Erdogan, Penerus Ottoman
Tampaknya kedermawanan Sultan Ottoman kini dapat dilihat dari penerusnya yakni Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan yang saat ini tanggap membantu negara-negara eropa dan dunia saat menghadapi wabah virus Corona.
Seperti diketahui, Turki membantu Spanyol dan Italia dengan peralatan medis, masker dan bantuan lainnya. Setelah itu, 88 negara juga meminta bantuan Turki untuk menyokong mereka dalam menghadapi wabah mematikan ini.
Bagi Erdogan, semua negara saat ini tidak perlu bernarasi yang tendensius apalagi intrik-intrik yang yang hanya membuang energi. Tidak ada negara yang paling kuat atau super power namun nilai-nilai kemanusiaan lah yang menjadi fokus utama.
Membantu bangsa lain tidak perlu melihat imbalan apalagi dengan embel-embel keuntungan, cukup Tuhan Yang Maha Kuasa menjadi saksi atas kebaikan yang dilakukan.