Inilah Kebijakan Kampanye di Twitter, Politisi Wajib Baca!
Fachri Septian
MONITORDAY.COM - Politisi atau politikus kerap kali memanfaatkan akun media sosial untuk berkampanye dan menyampaikan pendapatnya terkait suatu isu. Salah satu sosial media yang digunakan politisi yaitu, Twitter.
Global Head of Site Integrity Twitter, Yoel Roth menyebutkan, kampanye politik tidak melanggar kebijakan dari Twitter. Namun, harus menggunakan real account.
"Banyak situasinya, jika memang memakai real account untuk political interfering tidak apa-apa karena namanya pemilu memang selalu kontroversial," kata Roth dalam acara edukasi bertajuk 'Manipulasi Platform dan Operasi Informasi', Jumat (18/9/2021).
"Semua orang bisa mengungkapkan pendapatnya. Tetapi situasinya harus diperhatikan, adakah violence? Jika ada kita akan terlibat," sambung Roth.
Menurut dia, tak bisa dimungkiri, terkadang ada akun-akun yang kelewat batasan terkait masalah kampanye atau dukung mendukung.
Maka, lanjut Roth, jika memang ada yang melanggar hal tersebut, itu bisa membuat sistem cerdas Twitter menangkapnya sebagai hal yang melanggar kebijakan perusahaan.
"Jadi kalau NGO atau pejabat politik memakai untuk kampanye boleh saja, tapi kalau akun itu memang sengaja dibentuk untuk menggiring sesuatu yang tidak baik dan tidak membangun engagement secara tulus di bawah kebijakan kami, maka ini dilarang," ujarnya.
Meski tidak semua hal yang berkaitan dengan tweet yang didukung oleh banyak orang melanggar kebijakan Twitter. Sedangkan banyak juga kampanye bertema social movement atau gerakan masyarakat untuk mengangkat suatu isu penting adalah hal yang tidak melanggar Twitter, malah bagus.
Roth pun mencontohkan, seperti kampanye 'Black Lives Matter', 'Twitter, Please Do Your Magic', dan hashtag lainnya yang mengajak masyarakat menuju pemahaman yang baik akan suatu isu tertentu.
Dengan demikian, kata Roth, siapa saja bebas berpendapat di Twitter, termasuk para politikus dan pendukungnya. Menurutnya, selama tidak melakukan hal di luar batas seperti menghasut kearah negatif atau black campaign.
