Indonesia Lebih Siap Hadapi Gelombang Omicron

MONITORDAY.COM - Di tengah gelombang varian Covid-19 Omicron yang mengganas di berbagai negara, Indonesia dinilai lebih siap untuk menghadapinya. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Luhut Binsar Panjaitan, mengatakan, kesiapan tersebut dilihat dari tingkat vaksinasi sudah lebih tinggi, serta kapasitas testing dan tracing juga jauh lebih tinggi.
Selain itu, menurut Luhut, sistem kesehatan juga sudah lebih siap, baik dalam hal obat-obatan (termasuk molnupiravir dari Merck), tempat tidur RS, tenaga kesehatan, oksigen, dan fasilitas isolasi terpusat.
"Dengan berbagai kesiapan tersebut, dan belajar dari pengalaman yang lalu, kita yakin kasus tidak akan meningkat setinggi negara lain. Namun syaratnya kita semua harus disiplin. Keberhasilan mengendalikan varian Omicron tidak mungkin dapat dicapai tanpa kerjasama semua pihak, terutama dalam menjalankan protokol kesehatan," kata Luhut, dalam keterangannya, dikutip Rabu (12/1/2021).
Menko Luhut menambahkan, Presiden telah memerintahkan untuk memberikan penjelasan kepada publik tentang perkembangan kasus COVID-19 dan langkah antisipasi menghadapi varian Omicron.
Saat ini, Omicron telah teridentifikasi di 150 negara dan menimbulkan gelombang baru dengan puncak yang lebih tinggi di berbagai negara dunia. Indonesia bukan tidak mungkin dapat mengalami hal yang sama. Namun kita tidak perlu panik, tetapi kita tetap waspada.
Hari ini jumlah kasus mencapai 802 kasus, tetapi sebagian masih disumbangkan oleh PPLN. Dari 537 kasus di Jakarta, 435 kasus berasal dari PPLN. Oleh karena itu pihaknya mengimbau masyarakat untuk tidak bepergiran dulu keluar negeri dalam 2-3 minggu depan.
"Kami akan terus memonitor secara ketat perkembangan kasus dan akan mengambil langkah-langkah antisipasi yang diperlukan. Perawatan di RS akan menjadi salah satu indikator utama. Kami akan high alert ketika BOR mendekati 20-30 persen," ujar Luhut.
Menurut dia, dari hasil pengamatan terhadap pengalaman negara lain, puncak varian Omicron mencapai puncaknya dalam kisaran waktu 40 hari, lebih cepat dari varian Delta.
Untuk kasus Indonesia, kita perkirakan puncak gelombang karena Omicron akan terjadi pada awal Februari. Sebagian besar kasus yang terjadi diperkirakan akan bergejala ringan, sehingga nanti strateginya juga akan berbeda dengan varian Delta.
Sekali lagi Menko Luhut menyampaikan, kasus kemungkinan akan naik tapi kita jangan panik. Kita harus tetap waspada dan terus bekerja sama. "Kita harus bersatupadu menghadapi musuh bersama variant Omicron. Karena hanya dengan bersatu, kita bisa mengatasi gelombang baru dan keluar dari pandemi Covid-19 ini," tutupnya.