Hentikan Menjelekkan Negeri Sendiri
Kenapa ada pihak-pihak yg masih ingin mendiskreditkan negeri ini? Belajarlah berterimakasih dan tahu diri.

MONDAYREVIEW.COM - Beredar video orasi orang Indonesia yang berpartisipasi pada aksi anti rasis yang dinilai sangat menyinggung perasan Bangsa Indonesia.
Isi awal orasinya adalah seperti berikut:
“Saya datang dari Indonesia. Dan saya sangat tahu Bagaimana rasanya diperlukan dengan prejudice dan diskriminasi. Saya hadir di Amerika bukan untuk ini (diskriminasi warga minoritas di Amerika). Saya kira saya meninggalkan Indonesia, melarikan diri dari negara yang menjadikan saya tidak bisa bernafas….dan seterusnya”.
Isi orasinya didepan warga Amerika yang marah bahwa Indonesia di sebutkan sebagai negara yang prejudice, diskriminatif dan tidak memberikan kebebasan.
Seolah Indonesia begitu buruk karena banyak sekali kasus yang terjadi. Lebih lanjut Indonesia digambarkan sebagai negara yang tidak adil kepada kelompok minoritas. Muslim di daerah-daerah minoritas diperlukan secara buruk.
Menanggapi video tersebut, Presiden Nusantara Foundation Amerika Serikat, Shamsi Ali kepada mondayreview, kamis (11/6/2020) menilai pidato itu seolah meruntuhkan kegembiraan dan rasa bangganya sebagai sesama diaspora Indonesia di Amerika. Kenapa Indonesia harus digadaikan untuk tujuan yang mungkin baik?
Sejujurnya, Shamsi Ali menilai pidato orang tersebut secara umum bagus. Karena mendukung Saudara-Saudara warga minoritas Amerika, khususnya warga hitam dalam perjuangan mencari keadilan dan kesetaraan. Sayangnya di awal pidato itu nama Indonesia ditampilkan dengan wajah buruk.
Shamsi Ali yang dikenal sebagai Tokoh Lintas Agama di Amerika Seerikat tidak pernah membeda-bedakan siapa saja yang punya kapabilitas untuk berargumen. Tidak peduli ras, etnis, asal daerah, maupun agama apapun yang mereka anut. Saya akan bangga melihat teman-teman Muslim Indonesia maju dan dikenal di Amerika.
"Saya juga akan bangga melihat teman-teman Kristiani, Hindu atau Budha untuk maju dan memainkan peranannya di Amerika," ungkapnya.
Setelah dicari tahu siapa orator yang ujarannya dinilai sangat merendahkan Indonesia. Ternyata, dia adalah seorang pendeta Oscar Suriadi. Dia adalah pendeta gereja City Blessing di kota Portland sejak tahun 1998.
Kecewa dan Harapan
Sebagai Diaspora Indonesia di Amerika, dan tentunya sebagai seorang Muslim dan Imam, sangat kecewa dengan potongan pidato Pendeta Oscar itu. Ingat nama Suariadi itu darimana, darah Amerika atau darah Indonesia.
Kekecewaan Shamsi Ali tentunya bukan pertama kali ini. Tapi sudah beberapa kali, Ia menemukan adanya pihak-pihak tertentu yang secara sengaja memburuk-burukkan negaranya sendiri. Kalaupun sudah berpindah warga negara,kenapa harus merendahkan negara asalnya.
Shamsi Ali masih ingat beberapa tahun lalu ketika Presiden SBY mendapat penghargaan dari Conscience Foundation, Pimpinan Rabbi Arthur Schneier. Ketika itu ada beberapa organisasi Yang kebetulan berafiliasi ke warga Indonesia di New York mengirimkan surat ke Rabbi Arthur memburuk-burukkan Indonesia sebagai negara intoleran.
Bahkan, Shamsi Ali tahu siapa aktor dan apa isi suratnya karena Rabbi Arthur Schneier yang cukup dekat dengannya, memberitahu isi surat dan pengirim surat tersebut.
Maka dengan kejadian di Portland ini, Ia semakin kecewa, jika ada barisan sakit hati yang tidak tahu berterima kasih kepada negaranya atau negara asalnya.
Lebih lanjut, Shamsi Ali ingin mengatakan bahwa dengan segala kekekurangannya, Indonesia adalah negara yang paling toleran terhadap kaum minoritas. Ia menyampaikan ini karena sudah diberikan kesempatan untuk tinggal atau minimal mengunjungi banyak negara.
Di Indonesia dari dulu semua warga bebas beragama dan menjalankan agamanya. Pernahkah Indonesia melarang agama, selama memang sejalan dan diakui dengan Konstitusi?
"Yang lebih penting, so called minoritas di Indonesia itu too much spoiled. Perhatikan di posisi pemerintahan. Sejujurnya adakah komposisi Kementrian negara-naga non Muslim di mana orang-orang Islam diberikan posisi seperti di Indonesia," tambahnya.
Di negara manakah yang mayoritas non Muslim semua agama diberikan hak liburan nasional keagamaannya? Sungguh beruntung saudara-saudara minoritas di Indonesia.
"Kami di New York berjuang tujuh tahun lebih untuk mendapatkan hak libur sekolah di saat Idul Fitri dan Idul Adha. Itupun hanya di kota New York," jelasnya.
Karenanya, kalaupun ada kasus-kasus gesekan antar masyarakat agama di Indonesia itu bukan berarti Indonesia sebagai negara yang prejudice dan diskriminatif.
Selain itu, kasus-kasus diskrimanasi terjadi kepada semua pihak. Siapa yang bisa mengingkari kekerasan dan diskriminasi kepada Umat Islam di Papua, Poso, dan duka idul fitri di Ambon. Siapa yang mengawalinya?
Lebih penting lagi di Indonesia ada masa-masa di mana kaum minoritas mendapat posisi yang upper hand (lebih beruntung). Mereka misalnya menduduki posisi-posisi publik yang strategis dan penting di negara ini.
Apalagi jika berbicara tentang penguasaan perekonomian. Yang pasti sebagian besar kue negeri ini dikuasai oleh sekelompok kecil warga dari kalangan tertentu. Warga mayoritas pun hanya menerima itu seolah sebuah kenyataan semata.
Shamsi Ali hanya ingin mengatakan: hentikan memburuk-burukkan Indonesia demi mencari nasib baik di negeri orang. Jangan sebuah, dua buah kasus anda pakai untuk mencampakkan wajah bangsa/negara di depan mata orang lain.
Tapi Kenapa ada pihak-pihak yg masih ingin mendiskreditkan negeri ini? Belajarlah berterimakasih dan tahu diri.