Hadiri BAP PP Pemuda Muhammadiyah, Didit Srigusjaya Sebut Negara Butuh Pemuda Negarawan

MONITORDAY.COM - Mantan Ketua DPRD Provinsi Babel Didit Srigusjaya mengatakan Pemuda Negarawan adalah cikal bakal Pemimpin masa depan yang sangat dibutuhkan, karena kehadirannya sebagai problem solver bukan sebaliknya.
Pemimpin ibarat nakhoda dalam sebuah kapal yang sangat menentukan arah maupun laju sebuah organisasi yang dipimpinnya.
Dalam memimpin, tidak bisa lagi hanya mengandalkan kekuatan intelektual, namun menyadari pentingnya modal budaya (Cultural Capital). Maka pemimpin yang diperlukan adalah pemimpin yang berpegang teguh pada nilai-nilai.
"Pemuda Negarawan itu future leader, maka dalam menjalakan kepemimpinan, perlu pake hati, gak cukup dengan nyali, sense of hard and soft power mesti balanced," ucap Didit yang juga Ketua DPD PDIP Provinsi Babel di Baitul Arqam Paripurna (BAP) PP Pemuda Muhammadiyah dengan tema "Pemuda Negarawan Untuk Indonesia Berkemajuan dan Berkeadilan" di Fox Haris Hotel Pangkalpinang Provinsi Bangka Belitung, dari Jumat hingga Ahad (26-28/11/2021).
Sebagai Alumnus SMA Muhammadiyah, Didit memandang Pemuda Muhammadiyah harus hadir dengan keadaban nilai-nilai yang pernah Ia dapatkan saat masih di SMA kala itu.
Didit tak memungkiri jika pemimpin yang parsial saat ini juga ada, tak jarang mereka pintar namun tidak memiliki integritas dan tak menggunakan suara hati. Atau sebaliknya, pemimpin yang empatik mampu mengambil hati bawahan, tapi tidak mampu menyelesaikan tugas atau mengejar target.
Para pengamat organisasi dan kepemimpinan meyakini bahwa di era globalisasi, struktur dan tantangan yang kian kompleks, dan perubahan dalam dunia bisnis yang sangat cepat memerlukan kualifikasi para pemimpin menyeluruh.
Pemimpin yang mampu “mengarahkan dari depan”, menentukan posisi dengan tepat, menciptakan pola hubungan yang penuh makna, dan “memikirkan kembali cara menyelesaikan banyak hal”, sekaligus memiliki keberanian dalam mengeksekusi dan menunjukkan hasil.
Bukan hanya pemimpin yang mampu menggerakan karyawannya melakukan pekerjaan, tapi juga mempertanyakan, 'Apa yang kita tidak lakukan dengan benar?' dan kemudian memiliki keberanian bertindak dengan cara benar.
Oleh karena itu kini muncul wacana tiga jenis kepemimpinan, yaitu kepemimpinan kepala (head), hati (heart), dan nyali (guts).
Pola kepemimpinan yang tepat untuk saat ini adalah yang mampu menggabungkan ketiga potensi kepala, hati, dan nyali. Pemimpin harus menguasai kompleksitas tugas dan mampu menguraikan kesulitan.
Seorang pemimpin yang memahami pentingnya bertindak secara cerdas dengan kebijaksanaan hati, serta memiliki keberanian untuk mengahadapi ambiguitas dan kompleksitas adalah model kepemimpinan negarawan.
Pada kesempatan itu, Didit juga mengimbau kepada peserta bahwa dinamika yang terjadi Indonesia tidaklah mudah, maka dari itu, tidak hanya bagus secara vertical tapi juga horizontal. Mintalah kepada Allah SWT untuk memudahkan segala ikhtiar yang ada di muka bumi ini.