Hadapi Era Disruptif, ASN Kominfo Perlu Terapkan Teori U

Menghadapi era disruptif, Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Komunikasi dan Informatika perlu menerapkan Teori U

Hadapi Era Disruptif, ASN Kominfo Perlu Terapkan Teori U
Peserta Sharing Knowledge “dari Kominfo untuk Kominfo”

MONITORDAY.COM - Menghadapi era disruptif, Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Komunikasi dan Informatika perlu menerapkan Teori U, dimana seorang ASN harus melihat sepenuhnya (open mind), mengerti sepenuhnya (open heart), dan menerima semuanya (open will).

“Industri 4.0 itu mudah berubah, penuh ketidakpastian, kompleks yang melibatkan seluruh stakeholders, dan ambigu sehingga diperlukan kolaborasi. Kolaborasi tidak akan dimulai apabila kita tidak menerapkan 3 (tiga) sifat dalam Teori U tersebut,” papar Widyaiswara Muda Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Balitbang SDM Nur Azizah  dalam acara Sharing Knowledge “dari Kominfo untuk Kominfo” di Ruang Anantakupa Kominfo, Jakarta, Senin (02/12/2019)

Lebih lanjut Azizah mengatakan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan VUCA, yaitu vision, understanding, clarity, dan agile. Vision yaitu visi ASN yang sejalan dengan visi Presiden sehingga memberikan energi untuk bekerja dengan semangat. Understanding yaitu saling memahami, mengerti, paham bahwa dalam era disruptif ASN tidak bisa bekerja sendiri. Clarity ditandai dengan komunikasi yang generatif dan bukan distruktif. Sementara agile yaitu ASN membutuhkan birokrasi yang tidak kaku dan mengikuti perkembangan.

“Maka ketika kita sudah tidak bisa mengerjakan dengan cara lama, dibutuhkan transformasi untuk menghadapi era sekarang ini.  Transformasi itu sendiri adalah perubahan internal sehingga akan lebih permanen perubahannya,” ujar Azizah.

Ditambahkan Kepala Seksi Pengembangan & Fasilitasi Platform Perikanan Lina Wardiya Ningsih bahwa Teori U tersebut dapat diterapkan dalam menghadapi tantangan kesempatan dalam ekonomi digital, yaitu regulasi, talenta digital, infrastruktur, dan ekosistem.

“Saat ini ekonomi digital bukan hanya pada tahap penjualan, akan tetapi pada keseluruhan tahapan, baik produksi, modal, dan pasar. Tentunya perlu sinergisitas keseluruhan tahapan agar hasil yang didapat maksimal,” lanjut Lina.

Lina pun mencontohkan dulu Kominfo memiliki program strategi pendorong digitalisasi sektor strategis, yang akhirnya Kominfo dapat berkolaborasi lintas satker dengan menerapkan Teori U.

“Awal kami memulai program tersebut adalah dengan memanggil stakeholders. Kami mendengarkan apa yang diinginkan oleh stakeholders tersebut. Di sini kami menerapkan open mind, open heart, open will. Setelah kami mendengar apa yang diinginkan, maka kami mulai melakukan program tersebut,” ungkap Lina.

Lina pun menuturkan bahwa banyak kendala dalam melakukan program tersebut, salah satunya ketidakpercayaan stakeholders lainnya dalam program tersebut.

“Jadi memang banyak kendala dalam program tersebut. Tapi kami tetap menjalankan sampai akhirnya kami mendapatkan lahan dan petani yang bagus dan mendukung program kami. Ketika sudah mulai terlihat hasilnya yaitu peningkatan hasil panen dari sebelumnya 5-7 ton/hektar menjadi 12 ton/hektar serta penghematan pupuk, maka stakeholders seperti Kementerian Pertanian (Kementan) dan Perbankan (BRI) mulai tertarik untuk berkolaborasi dalam program tersebut.”

Lina menambahkan bahwa karena keberhasilan ini, maka program ini mulai diterapkan di berbagai daerah lainnya sehingga menciptakan ekosistem lebih besar. “Jadi Teori U itu memang harus jalan semuanya. Tidak jalan semuanya bisa, akan tetapi efeknya mungkin tidak sebesar ini,” pungkas Lina