Gus Yaqut: Agama Sebagai Inspirasi Bukan Hanya Sekedar Aspirasi

Gus Yaqut: Agama Sebagai Inspirasi Bukan Hanya Sekedar Aspirasi
Menteri Agama (Menag), H. Yaqut Choil Qoumas/ Dok. Kemenag.

MONITORDAY.COM - Menteri Agama (Menag), H. Yaqut Choil Qoumas menyebutkan bahwa sebagian dari umat kita memandang agama sebagai identitas bukan sebagai substansi, dan sebuah kebenaran. 

Terlebih banyak sekali orang menganggap agama ini cukup di permukaan saja, hanya sebatas pengakuan bahwa dirinya beragama, namun dalam perilaku tidak terdapat nilai-nilai agama. Padahal kita tahu, agama itu mengajarkan kebaikan, kasih sayang, saling menghormati, karena semua nilai-nilai agama itu baik. 

Menurut dia, kita masih menghadapi situasi di tengah-tengah masyarakat di Indonesia yang kita tahu di dalamnya terdapat masyarakat yang sangat religius dan beragama. Meski demikian banyak kerusakan disana-sini, masih ada kerusuhan, masih ada pelecehan. Dengan demikian, ujar dia, agama ini tidak terinternalisai dengan baik, agama hanya menjadi identitas. 

“Agama mempunyai nilai-nilai yang baik, di dalamnya tidak ada yang mengajarkan korupsi, agama sebagai inspirasi bukan hanya sekedar aspirasi. Namun jika agama ini hanya sekedar aspirasi agama hanya akan menjadi alat merebut sesuatu yang sesuai dengan kepentingannya. Seperti yang ada pada politik beberapa tahun belakang, agama hanya dijadikan sebagaia alat, sehingga agama itu sendiri jauh dari nilai yang sebenarnya,” jelasnya dalam acara Podcast TV Show Suara Moderasi Beragama bertajuk “Agama Sebagai Inspirasi, Perkuat Moderasi” Seri #9 pada Senin (11/10/2021). 

Pria yang akrab disapa Gus Yaqut ini menerangkan, bahwa agama mempunyai nilai untuk mempersatukan, namun ketika agama masuk ke dalam wilayah politik dan digunakan sebagai alat atau senjata politik, agama akan menjadi sebaliknya, ia hanya akan menjadi alat pemecah belah bukan menyatukan. Maka dari itu, dia mengakak seluruh warga Indonesia yang beragama, jadikanlah nilai-nilai kebenaran agama itu sebagai substansi, bukan hanya identitas. 

Lebih lanjut, Gus Menteri menjelaskan bahwa ada 3 problem mendasar yang menjadi persoalan besar dalam bangsa ini, pertama bahwa cara beragama kita ini adalah yang paling benar, sementara orang lain yang tidak sama dengan kita dianggap salah dan keliru. Keduabanyak orang memiliki gairah keagaman yang tinggi tetapi tidak ingin mendalami agamanya. Ketiga politik, politik praktis itu mencari suara sebanyak banyaknya dan alat yang paling mudah untuk mengumpulkan orang adalah agama salah satunya. 

Ketiga hal ini yang membuat situasi keberagamaan kita ini dalam beberapa waktu terakhir tidak ideal, tidak kondusif, maka perlu sama-sama membenahi situasi seperti ini. 

“Pada dasarnya situasi ini akan membaik karena Islam mengajarkan sesungguhnya agama itu diturunkan untuk menyempurnakan akhlak bukan membuat akhlak baru. Agama itu datang untuk menghargai akhlak-akhlak sebelumnya, kalau kita semua mampu dan memahami fitrah agama seperti ini, saya kira kita akan kembali dalam kehidupan keberagamaan yang lebik baik,” tutur Gus Yaqut.