Greenpeace Ungkap Sumber Utama Pencemaran Udara di Jakarta

MONITORDAY.COM - Juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andiyanu mengungkapkan, pencemaran udara di Jakarta. Dalam hal ini, status mutu udara DKI Jakarta pada tahun 2020 tercemar dengan jumlah nilai rata-rata ISM sebesar 0,20.
Mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup (PermenLH) No. 12 tahun 2010, bila nilai ISM lebih dari 0.1 maka status mutu udara kota tercemar.
“Parameter polutan yang sering melebihi baku mutu adalah polutan PM2,5 dan O3 atau ozon. Jadi ada reaksi kimia di udara antara beberapa puluhan polutan khususnya di O3 ini,” kata Bondan dalam diskusi daring yang digelae Greenpeace Indonesia, Senin (18/10/2021).
Lebih lanjut, Bondan menjelaskan, sebagian besar sumber utama polusi PM2,5 di DKI Jakarta berasal dari asap kendaraan, pembakaran batu bara, dan pembakaran terbuka. Menurutnya, polusi pembakaran batu bara berasal dari luar DKI Jakarta.
Adapun gugatan warga negara terhadap polusi udara yang diajukan berdasarkan fakta bahwa udara DKI Jakarta tercemar, dan menyebabkan hak masyarakat untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak terpenuhi.
Pada kesempatan yang sama, Perwakilan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr. Feni Fitriani Taufik mengatakan, seseorang yang tinggal di daerah polusi udara mengalami gangguan kesehatan.
“Pada ibu hamil bayinya beresiko lahir dengan berat badan lebih rendah, anak-anak akan terjadi gangguan pertumbuhan paru, gangguan pertumbuhan secara keseluruhan, dan mudah terjadi resiko asma,” ujar Dokter Feni.
Selain itu pada saat dewasa, penyakit-penyakit lainnya yang beresiko bisa menyebabkan asma, penyakit jantung koroner, storke, kanker paru, bronkitis kronis, dan diabtes.
Dokter Feni menambahkan, pada orang lanjut usia akan lebih terpengaruh terhadap polusi udara. Menurutnya, fungsi parunya akan menurun sehingga kualitas hidup sehari-hari akan berkurang dan memiliki resiko kanker paru.
“Bayi dan balita, orang tua, dan orang dengan penyakit kardiorespirasi kronik adalah kelompok-kelompok retan yang sangat terpengaruh oleh pencemaran udara,” ungkap Dokter Feni.