Gita Wirjawan Sebut Pemulihan Daya Beli Tergantung Vaksinasi

Dengan pendekatan kita bisa memvaksin 300 ribu per hari, kita bisa vaksin 100 juta manusia pada 2021 dan seterusnya, namun ini masih ada keterbatasan dari ketersediaan vaksin.

Gita Wirjawan Sebut Pemulihan Daya Beli Tergantung Vaksinasi
Eks Menteri Perdagangan (Mendag), Gita Wirjawan/ Net

MONITORDAY.COM - Eks Menteri Perdagangan (Mendag), Gita Wirjawan mengatakan pemulihan ekonomi khususnya dalam mendorong daya beli masyarakat tergantung pada ketersediaan serta kapasitas vaksinasi COVID-19.

“Dengan pendekatan kita bisa memvaksin 300 ribu per hari, kita bisa vaksin 100 juta manusia pada 2021 dan seterusnya, namun ini masih ada keterbatasan dari ketersediaan vaksin,” kata Gita Wirjawan dalam Mandiri Webinar Series, Rabu (2/12).

Lebih lanjut, Gita Wirjawan dengan keterbatasan itu berkaitan dengan upaya pemulihan daya beli masyarakat di tengah pandemi COVID-19 yang diprediksi masih berlanjut hingga 2021.

Selain itu, Gita Wirjawan menilai daya beli atau konsumsi rumah tangga memegang peranan penting dalam struktur ekonomi Indonesia dengan porsi mencapai kisaran 55-60 persen.

Sedangkan dalam beberapa bulan terakhir perekonomian RI sudah menunjukkan perbaikan. Menurutnya, pemulihan ekonomi tersebut dapat meluas tergantung kecepatan vaksinasi.

“Di bulan terakhir kelihatan perbaikan cukup signifikan tapi apakah itu akan membawa pemulihan yang meluas? Saya justru melihat ini sangat dibatasi oleh secepat apa kita melakukan vaksinasi,” sambung Gita Wirjawan.

Di sisi lain, kata Gita Wirjawan, pandemi juga mempengaruhi perdagangan luar negeri salah satunya penurunan impor mengingat sekitar 70 persen produksi dalam negeri dipasok oleh impor.

“Itu akan sangat berdampak kepada kapaistas kita untuk perdagangan satu sama lain,” ucap Gita Wirjawan.

Pemerintah menyalurkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2020 sejumlah Rp695,2 triliun dengan alokasi paling besar salah satunya untuk perlindungan sosial mencapai Rp234 triliun. Selain itu, alokasi perlindungan sosial itu diharapkan mendorong daya beli masyarakat utamanya pendapatan menengah ke bawah.

Walaupun begitu, pandemi menyebabkan daya beli masyarakat jatuh, salah satu indikatornya realisasi kredit yang melambat yakni hanya tumbuh 0,12 persen per September 2020.

Apalagi masyarakat lebih memilih menyimpan dananya di perbankan ditunjukkan dengan meningkatkan dana pihak ketiga (DPK) perbankan mencapai 12,88 persen.