Genjot Produksi Minyak, Begini Jurus Jitu Pemerintah 

Genjot Produksi Minyak, Begini Jurus Jitu Pemerintah 
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu (Foto: Istimewa)

MONITORDAY.COM - Produksi migas nasional tercatat selalu turun dalam 10 tahun terakhir. Hal ini membuat Pemerintah menyiapkan sejumlah  jurus untuk menggenjot produksi minyak dan gas (migas) pada 2022.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu di rapat bersama Badan Anggaran DPR pada Rabu (9/6/2021) mengatakan lifting migas cenderung menurun, selain dipengaruhi harga juga menghadapi lifting yang terus menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Tercatat lifting minyak semula berada di kisaran 914 ribu barel per hari pada 2010. Lalu turun menjadi 898 ribu barel per hari pada 2011 hingga akhirnya tinggal 705 ribu barel per hari pada 2021.

Untuk lifting gas, mulanya 1,32 juta barel setara minyak per hari pada 2010. Kemudian turun menjadi 1,27 juta barel hingga akhirnya tinggal 1 juta barel per hari pada 2021.

Febrio mengatakan lifting migas menurun dalam 10 tahun terakhir karena masih mengandalkan sumur-sumur tua. 
"Masalahnya, sumur-sumur ini mengalami penurunan produktivitas dari tahun ke tahun," ungkap Febrio. 

Catatannya, investasi hulu migas mencapai US$20 miliar pada 2014, namun jumlahnya menurun jadi US$10 miliar pada 2020.

Khusus pada tahun lalu, lifting migas juga mendapat tekanan dari krisis ekonomi akibat pandemi virus corona yang merebak di hampir seluruh negara di dunia. Hal ini membuat permintaan migas juga berkurang di masyarakat.

Atas berbagai kondisi ini, Febrio mengatakan pemerintah sudah menyiapkan beberapa jurus untuk mendongkrak lagi lifting migas. 

Pertama, dengan menyederhanakan dan memudahkan perizinan untuk meningkatkan investasi hulu migas.

Kedua, meningkatkan dan memperluas kebijakan pelayanan satu pintu. 

Ketiga, transformasi sumber daya ke cadangan.

Keempat, mempertahankan tingkat produksi eksisting yang tinggi. Kelima, mempercepat chemical Enhanced Oil Recovery (EOR) dan melakukan eksplorasi untuk penemuan cadangan besar.

"Ini semua dikombinasikan dengan pengelolaan biaya yang efisien sehingga bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas," imbuhnya.

Di sisi lain, pemerintah juga memberikan amunisi tambahan berupa insentif fiskal atau pajak. Salah satunya, pajak korporasi akan diturunkan dari 22 persen pada 2020 menjadi 20 persen pada 2022.

Tapi, dividend tax akan naik dari 15,6 persen menjadi 16 persen. Namun, Febrio mengklaim secara total kebijakan pajak ini tetap menguntungkan karena turun dari 37,6 persen menjadi 36 persen.

"Jadi ke depan ini tetap lebih efisien dan diharapkan bisa mendorong investasi di hulu migas dan lifting migas itu sendiri," pungkasnya.