Garis Finish Dunia

MONITORDAY.COM - Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun.” (Q .S. An-Nisa: 17)
Dunia adalah tempat persinggahan. Ayat diatas menyebut secara jelas bahwa tidak ada yang didapat di dunia, kecuali kesenangan itupun sedikit. Dalam hadis, Rasulullah Saw bersabda kepada Ibnu Umar ra: “Jadilah kau di dunia seperti orang asing atau pengembara...”
Sejatinya, tempat hidup manusia adalah di akhirat. “Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya” (Q.S. Al-Ankabut: 64). Sedangkan dunia hanya tempat mengembara. Maka Rasulullah Saw berpesan agar kita dunia berperan hanya sebagai orang asing yang mencari bekal di dunia berupa ketakwaan dan amal saleh.
Hidup di dunia ini tentang berkejaran dengan waktu. Dan yang menjadi garis finish dari lintasan ‘kejar-kejarannya’ adalah akhirat. Meski berkejaran, waktu biasanya terlebih dahulu sampai dan memaksa perjalanan hidup manusia selesai.
Agar bisa sampai garis finish dengan selamat, maka harus dipersiapkan bekal yang matang. Dan bekal yang sebaik-baiknya adalah takwa. “Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 197)
Jalan menuju garis finish dipenuhi cobaan berupa kepedihan. Bahkan Allah sudah membocorkannya secara terang-terangan. “Dan kami uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan; kepada Kamilah kalian kembali.” (Q.S. Al-Anbiya: 35)
Bentuk cobaan dan ujian bukan hanya yang berkaitan dengan keburukan seperti kematian, bencana, tapi juga dengan kebaikan seperti kenikmatan. Karena banyak yang terlena dengan kenikmatan, sehingga berujung pada cobaan bukan keberuntungan.
Menurut Imam Ar-Razi dalam tafsir Mafatih Al-Ghaib, Allah menguji manusia dengan berbagai ujian berupa kenikmatan, kelapangan rejeki, mudah menjalankan ketaatan maupun berupa musibah yang menyengsarakan seperti sakit, kekurangan harta benda, kematian, dan lainnya.
Adapun Imam Ibnu Katsir menafsirkan bahwa saat manusia melakukan ketaatan maupun kemaksiatan dia sedang diberi ujian. Dalam ketaatan, manusia diuji seberapa jauh ia sudah bersyukur atas nikmat Allah sehingga mampu menjalankan ketaatan tersebut. Dan saat melakukan maksiat, manusia sedang diuji seberapa mampu ia menjauhi hal yang terlarang serta seberapa besar usaha untuk menyadarinya kemudian bertaubat.
Cobaan dan ujian pasti mewarnai perjalanan hidup manusia yang singkat ini. Garis finish menjadi penentu apakah manusia akan lulus dengan selamat, lulus dengan syarat atau bahkan tidak lulus sama sekali.
Satu-satunya solusi yang akan menjadi bahan bakar kelulusan manusia adalah ketakwaan sebagai bekal terbaik. Takwa akan menjadi alasan manusia untuk menetap di jalan lurus menuju garis finish, meski ujian silih berdatangan. Bila waktu menyalip dan memaksa perjalanan harus selesai, maka tidak ada kekhawatiran, sebab takwa-lah jaminan keselamatan akhirat juga dunia.