Erick : Indonesia Harus Siap Hadapi 3 Disrupsi Global 

Erick : Indonesia Harus Siap Hadapi 3 Disrupsi Global 
Menter i BUMN Erick Thohir di UNPRI, Medan/ net

MONITORDAY.COM - Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 Indonesia harus siap menghadapi 3 Disrupsi Global. Ketiganya adalah geo-ekonomi, kesehatan, dan teknologi.  Di samping itu, jika dikembangkan sebagai tantangan bagi Indonesia ada dua hal lain yang juga harus dicermati yakni kondisi demografi dan keberlanjutan lingkungan.

Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan hal tersebut di Universitas Prima Indonesia dalam orasi bertajuk Tantangan dan Peluang SDM di Era Industri 5.0 pada Jumat (20/5/2022). Universitas Prima Indonesia adalah salah satu perguruan tinggi swasta terbaik yang berada di Medan, Sumatera Utara. 

Disrupsi ekonomi akan mengantarkan negara dengan ekonomi yang kuat menjadi pemain yang berpengaruh dalam penentuan kebijakan dan perdagangan global. Sementara itu, disrupsi di bidang kesehatan terlihat dari gejala dimana isu kesehatan menjadi lifestyle dan merubah perilaku konsumen. Dan disrupsi teknologi meniscayakan hadirnya inovasi berkelanjutan yang merubah model bisnis yang konvensional. 

Terkait dengan kondisi demografi, Indonesia harus cermat dalam menyiapkan dan memanfaatkan peluang bonus demografi. Indonesia juga harus peka terhadap isu pemanasan global sehingga mampu mengembangkan ekonomi hijau.

Transformasi dan inovasi menjadi kunci bagi Indonesia dalam menghadapi disrupsi. Termasuk transformasi yang dilakukan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kinerja BUMN yang membaik akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Tidak hanya hari ini, pengaruhnya akan menentukan pencapaian Indonesia sebagai kekuatan ekonomi besar di masa mendatang.    

“BUMN melalui transformasi dan inovasi menjadi katalisator pertumbuhan perekonomian Indonesia di tahun 2045.” kata Erick.  

Menurut Menteri yang dikenal berani merampingkan sejumlah perusahaan BUMN ini, Indonesia akan menggeser Jepang pada tahun 2045. China, India dan Amerika Serikat masih akan menjadi kekuatan teratas dalam perekonomian global. Indonesia termasuk bagian dari negara G7 yang merangsek naik peringkat dari posisi ke 8 semenjak tahun 2016 ke posisi 4 kelak di tahun 2045. 

Erick juga menyoroti sejumlah persoalan yang masih memerlukan pembenahan mendasar. Salah satunya adalah sinkronisasi antara dunia akademik dengan tantangan di lapangan yang serba digital. Hal ini mengakibatkan Indonesia kekurangan SDM yang memiliki kapasitas dan kompetensi digital. Dunia kampus seharusnya segera menyesuaiakan diri dengan tantangan zaman jika tidak ingin terdisrupsi.  

"Salah satu permasalahan yang kita hadapi saat ini adalah belum sinkronnya riset maupun materi ajar di ruang kelas, dengan perkembangan zaman. Sehingga, Indonesia cenderung defisit talenta digital. Padahal nantinya, akan terbuka banyak model bisnis baru yang bertumpu pada kualitas sumber daya manusia atau knowledge based economy. Sebaliknya, beberapa pekerjaan yang ada sekarang, akan semakin tidak relevan ke depannya," ungkap Erick.