Ekonomi Relatif Baik, Masyarakat Indonesia dinilai Masih Percaya Kepemimpinan Jokowi
Selama hampir satu periode menjabat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menorehkan beberapa prestasi yang dampakanya dirasakan langsung oleh masyarakat. Hal ini yang menyebabkan masyarakat masih percaya akan kepemimpinan Presiden RI ke-7 itu.

MONITORDAY.COM – Selama hampir satu periode menjabat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menorehkan beberapa prestasi yang dampakanya dirasakan langsung oleh masyarakat. Hal ini yang menyebabkan masyarakat masih percaya akan kepemimpinan Presiden RI ke-7 itu.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dosen Universitas Krisnadwipayana dan Founder The Oakwood Connections, Dr Abdullah Sumrahadi, yang mengutip survei LSI Denny JA pada 10-19 November 2018 di 32 provinsi.
Hasil survey tersebut menyatakan terdapat 70,3 persen masyarakat Indonesia yang menilai kondisi ekonomi saat ini sedang dan baik. Sementara yang menilai ekonomi Indonesia buruk hanya sebesar 24,7 persen.
"Pendapat itu seakan mematahkan asumsi bahwa bangsa Indonesia diambang kebangkrutan. Bangsa Indonesia masih kuat, karena masyarakatnya masih percaya pada pemerintah,” kata Abdullah, dalam keterangan tertulis yang diterima Senin (24/12).
Dia mengatakan, geliat pasar rakyat, pedagang kaki lima, dan sektor usaha kecil, mikro, dan menengah, menjadi bukti bahwa ekonomi Indonesia masih baik. “Rakyat Indonesia pun masih terus bergerak menggerakkan sector riil atas jaminan pemerintah,” imbuhnya.
Abdullah berpendapat, pasar tradisional masih tetap kokoh di tengah gempuran pasar modern. Pasar tradisional tampaknya akan tetap kuat di saat pasar modern yang terdisrupsi. Pasar tradisional tahan terhadap disrupsi karena terpelihara oleh kearifan lokal.
Menurut Dia, Kearifan lokal masyarakat yang masih sangat percaya pada orang lain menjadikan pasar tradisional masih kokoh berdiri menopang ekonomi bangsa. Kepercayaan terhadap orang lain dengan cara boleh berhutang atau kurang, boleh bayar besok, dan seterusnya menjadi ciri yang tidak dimiliki pasar modern.
Pasar tradisional merupakan cerminan kehidupan harmonis masyarakat. Mereka sangat percaya bahwa orang yang mengambil barang pasti akan mengembalikan. Walaupun ada juga yang “ngemplang” sampai lama, namun para pedagang masih yakin bahwa pendapatan tidak hanya urusan uang yang berputar dan didapat. Namun juga karena keridhoaan orang lain dan berkah dari Tuhan.
“Kepercayaan itulah yang menguatkan mereka. Sampai pada ada pepatah Jawa yang hidup dalam relung pasar tradional, tuna satak bathi sanak. Artinya, dalam hubungan pedagang dan pembeli di pasar tradisional sangat menjunjung tinggi nilai persaudaraan. Bagi mereka rugi bukanlah masalah berarti. Mereka meyakini bahwa dengan jual beli yang baik akan berbuah persahabatan yang erat,” paparnya.
Menurut Abdullah, hal tersebut yang menjadikan ekonomi bangsa masih kuat. Masyarakat memahami bahwa dengan membeli kepada pedagang kecil di pasar tradisional atau di toko dekat rumah akan menguatkan ekonomi warga. Tidak hanya itu, dengan membeli di warung-warung mereka, persaudaraan akan semakin erat. Ekonomi pun bergerak sehat, karena perputaran uang berada di lingkungan kecil.
Masyarakat juga menyadari bahwa walaupun membeli di warung dekat rumah atau pasar tradisional harganya sedikit lebih mahal, namun, percakapan dan sendau gurau tak ternilai harganya. Perbincangan itulah yang semakin menguatkan hubungan sosial. Saat hubungan sosial baik, maka perputaran ekonomi juga akan dipenuhi dengan kepercayaan.
“Kepercayaan rakyat kecil itu yang juga akan menyembul sebagai harapan bersama. Artinya, tingginya tingkat kepercayaan dan gerak masyarakat menyelamatkan bangsa berjalan seiring dengan program-program pemerintah,” ungkap Abdullah.
Selain itu, menurut Abdullah, pemerintahan Jokowi-JK sejak awal mendorong munculnya ekonomi kerakyatan. Visi ekonomi Jokowi-JK adalah kemandirian ekonomi yang mensejahterakan rakyat. Menurutnya, ada beberapa sektor strategis yang menjadi titik perhatian yaitu: kedaulatan pangan yang mensejahterakan, kedaulatan energi berbasis kepentingan nasional, restorasi ekonomi maritim Indonesia, penguatan teknologi inovasi.
Beberapa program telah terlaksana dan sedang terus diupayakan agar terwujud. Seperti, pada 2017, sudah disiapkan 3,2 juta hektare lahan sub-optimal di luar Pulau Jawa untuk menjadi sawah. Lahan sub-optimal yang dimaksud adalah rawa, pasang-surut, lahan kering, dan tegalan.
Penyiapan lahan itu untuk mempercepat program kedaulatan pangan. Pangan dapat diproduksi oleh warga masyarakat saat mereka memiliki lahan. Lahan yang dikelola pun merupakan hak milik sah yang dibuktikan dengan sertifikat.
“Penyerahan sertifikat tanah pun menjadi agenda Presiden Jokowi untuk memastikan bahwa rakyat memperoleh haknya dan mereka dapat mengoptimalkan lahan yang dimiliki,” ucapnya.
Kerja nyata pemerintah itulah yang kemudian menjadikan masyarakat mengerti realitas. Artinya, rakyat akan menilai seorang pemimpin dari apa yang telah ia perbuat. Menurut survei Denny JA pemilih menyatakan puas atas kinerja pemerintah di bidang ekonomi sebanyak 56,8% dan yang menyatakan tidak puas 35,6%.
"Cukup tingginya kepuasan di bidang ekonomi menjadi penanda bahwa pemerintah telah melakukan sesuatu yang dirasakan oleh masyarakat. Pemerintah telah melakukan segala upaya agar perekonomi Indonesia tetap kuat dan bertahan di tengah gempuran global" papar Abdullah.
Di akhir, Abdullah mengatakan, bahwa persoalan ekonomi memang cukup sensitive jika kemudian disandingkan dengan urusan politik. Namun, sampai saat ini masyarakat masih percaya pada pemerintahan Jokowi-JK.
“Rakyat masih berharap pemerintahan ini dapat mewujudkan visi dan misinya, sehingga kesejahteran benar-benar mewujud,” pungkasnya.