E-Learning dan Momentum Peningkatan Kompetensi Guru di Tengah Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 menjadi pemicu penggunakan aplikasi digital dalam peningkatan kompetensi guru dan prestasi belajar siswa. Detik ini kita sangat tergantung pada perangkat teknologi informasi dan komunikasi, yang memungkinkan untuk melakukan aktivitas belajar dan mengajar lebih efektif. 

E-Learning dan Momentum Peningkatan Kompetensi Guru di Tengah Pandemi Covid-19
Ilustrasi foto/Net

PERMENDIKNAS No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Guru dan Kompetensi Guru menentukan bahwa guru SD minimal Diploma (D-IV) atau sarjana (S1) PGSD/PGMI atau Psikologi dari program studi yang terakreditasi harus mempunyai minimal empat standar kompetensi utama yaitu: pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. 

Kompetensi itu diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, prilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 

Pandemi Covid-19 menjadi pemicu penggunakan aplikasi digital dalam peningkatan kompetensi guru dan prestasi belajar siswa. Detik ini kita sangat tergantung pada perangkat teknologi informasi dan komunikasi, yang memungkinkan untuk melakukan aktivitas belajar dan mengajar lebih efektif. 

Namun ada banyak kendala, karena banyak guru yang belum mampu memanfaatkan keunggulan teknologi untuk peningkatan kompetensi, sekaligus level kompetensi siswa dalam melakukan belajar online.

Jauh hari sebelum pandemi covid-19, penulis merasakan getar problem belajar online ketika meneliti pengembangan model pelatihan peningkatan kompetensi guru SD berbasis aplikasi edmodo di SD Islam Cikal Harapan I BSD Tangerang Selatan Banten.

Meski keseharian para guru sudah ditemani oleh alat komunikasi modern berupa smartphone, komputer dan laptop, tapi tidak mudah untuk menggunakan cara baru. Dibutuhkan kesabaran dan ketekunan untuk memperkenalkan model pengembangan model ini, terutama pengenalan setiap fitur aplikasi edmodo, interaksi aktif ketika diberikan materi pelatihan sekaligus keseriusan mereka untuk meningkatkan kecakapan dalam menggunakan aplikasi edmodo.

Aplikasi edmodo sendiri dikenal sebagai salah satu platform pembelajaran berbasis jejaring sosial yang diperuntukan bagi guru, murid sekaligus orangtua murid. Edmodo pertama kali dikembangkan pada akhir tahun 2008 oleh Nic Borg dan Jeff O’hara. 

Edmodo sendiri merupakan program e-learning yang menerapkan sistem pembelajaran yang mudah, efisien sekaligus lebih menyenangkan yang menjadi salah satu jaringan sosial yang paling cepat berkembang di tahun 2011 awal, terbukti dengan adanya sekitar 1 juta pengguna di dalamnya. Hanya beberapa bulan kemudian, pengguna bertambah menjadi 7 juta orang dan akhirnya pada tahun 2015, terdapat 50 juta pengguna edmodo yang berasal dari berbagai belahan dunia. 

Selain mempraktikkan penggunaan aplikasi edmodo pada 42 guru, penulis juga  memberikan kuisioner. Data di lapangan diinput dengan program SPSS yang memberikan gambaran tingkat penerimaan guru atas penggunaan aplikasi edmodo.

Dari 42 guru yang menjadi subyek penelitian terdapat 50 persen yang akhirnya bisa mendapat manfaat penggunaan aplikasi edmodo. Sisanya terbelah pada yang terkendala karena karena keterbatasan waktu, gawai tidak kompatibel dan kesusahan memahami fitur aplikasi edmodo.

Penulis mendapati fakta dengan menguji kompetensi guru sebelum dan sesudah melakukan penggunaan aplikasi edmodo, terdapat banyak perkembangan yang signifikan pada nilai kompetensi guru yang diteliti. 

Penulis melakukan penilaian umum yang mana dengan banyak soal sebanyak 30 maka nilai dianggap baik adalah 24-30 atau setara dengan nilai 70-100. Maka dengan demikian akan mudah mengidentifikasi berapa jumlah guru yang mendapat nilai baik dan mana yang belum baik.

Tampilan aplikasi edmodo memiliki kualitas yang cukup baik, dan penggunaan yang mudah untuk dapat digunakan di mana saja selagi terhubung dengan jaringan internet. Penggunaan aplikasi edmodo juga bisa dilakukan serentak tanpa harus menunggu antrean akses untuk bisa melakukan login dan ujian online. 

Pengguna juga dapat memutar video, dan membaca materi kapanpun dan di manapun.  Sedangkan tes bisa dilakukan serentak untuk menghindari kecurangan kebocoran soal dan lain-lain. 

Dari uji petik beberapa guru yang penulis ajak menggunakan aplikasi edmodo, terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kompetensi guru. Hal ini dapat diartikan bahwa pengembangan kompetensi guru yang dilakukan menggunakan aplikasi sharing knowledge berbasis internet ini mempunyai nilai efektivitas yang baik.      

Selain untuk meningkatkan kualitas guru, aplikasi tersebut diharapkan mampu memberikan masukan dan berbagi pengalaman antarguru. Mengingat sistem pengajaran terkadang butuh cara masing-masing untuk disesuaikan dengan mata pelajaran yang dibebankan.

Namun pihak sekolah harus memiliki standarisasi yang jelas dan menyeluruh agar dapat dijadikan acuan dasar dalam menjalankan profesi sebagai guru. Untuk itu pihak sekolah harus memiliki SOP atau silabus ajar yang disepakati standarisasinya. 

Pengembangan kompetensi juga dapat dilakukan dengan sosialisasi yang dilakukan lewat aplikasi yang telah dimiliki. Pihak sekolah memberikan akses pada pihak di luar sekolah yang memiliki kepentingan untuk mensosialisasikan apa yang menjadi aturan dan intruksi pemerintah terkait upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Guru SD Islam Cikal Harapan I BSD telah mendapat banyak manfaat penggunaan aplikasi edmodo dalam meningkatkan kompetensi. Ini akan membantu peningkatan kemampuan peserta didik di kelas dalam proses belajar mengajar efektif, efisien dan terukur. 

Praktiknya, guru dapat melakukan proses belajar mengajar online dengan memanfaatkan fitur yang tersedia dalam aplikasi edmodo dalam meningkatkan kompetensi guru dengan waktu yang dapat disesuaikan ketika belajar online menjadi pilihan tidak terhindarkan.

Pandemi covid-19 menjadi momentun bagi guru untuk berangsur-angsur menggunakan kanal digital dalam proses pembelajaran guna mencapai kompetensi guru maupun peserta didik dengan lebih baik.

Juga menjadi momentum pemerintah dalam hal ini Kemendikbud untuk melakukan penyesuaian dengan kebijakan Merdeka Belajar terutama poin untuk memberikan kebebasan penyusunan RPP agar para guru tidak terbebani masalah administrasi yang kaku. Sehingga guru  bisa mengeksplorasi proses pembelajaran.

Pada akhirnya, para guru siap menerapkan asesmen kompetensi minimum ke arah literasi dan numerasi, serta termemotivasi menjadi guru penggerak di wilayah masing-masing.