Duh! Usai Taliban Berkuasa, Toko Burqa Diserbu Wanita Afghanistan

MONITORDAY.COM - Seusai tersingkir selama 20 tahun, kelompok milisi Taliban kembali berkuasa di Afghanistan menyebabkan wanita Afghanistan menyerbu toko burqa.
Sebelumnya, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan jajaran pemerintahannya telah melarikan diri sebelum para gerilyawan bersenjata Taliban merebut ibu kota Kabul melalui serangan kilat. Berkuasanya Taliban ini, membuat toko burqa diserbu wanita.
Kelompok garis keras Taliban diperkirakan akan menerapkan pembatasan ketat terhadap kehidupan warga Afghanistan, terutama wanita.
Perlu dikeathui, pada 1996 hingga 2001 saat Taliban berkuasa, wanita dilarang pergi bekerja, anak-anak perempuan tidak boleh bersekolah dan para wanita harus menutup wajahnya atau memakai burqa, serta wanita harus ditemani saudara pria jika ingin keluar rumah, , seperti dikutip dari Al Jazeera.
Khawatir peraturan tersebut kembali diberlakukan, para wanita di Afghanistan mendatangi toko burqa. Hal itu terlihat di kawasan Herat, Afghanistan.
Seperti dikutip dari Bloomberg, burqa kini menjadi 'benda wajib' seiring berkuasanya kembali Taliban di Afghanistan. Harga burqa pun mengalami kenaikan seiring semakin banyaknya wanita Afghanistan yang membeli pakaian yang menutupi penampilan wanita dari kepala sampai ujung kaki.
"Tahun lalu harga burqa 200 AFN setara dengan Rp 35 ribu. Sekarang mereka menjualnya dengan harga 2.000 AFN (Rp 359 ribu) hingga 3.000 AFN (Rp 539 ribu)," tutur Aalia calon pembeli burqa.
Hal serupa terjadi di toko-toko burqa di Kabul. Aref salah seorang pedagang burqa mengungkapkan bagaimana tokonya kini ramai pembeli setelah Taliban berkuasa lagi.
"Sebelumnya sebagian besar pembeli kami datang dari provinsi-provinsi. Sekarang wanita di kota juga membeli burqa," ujar Aref yang menjual burqa dengan warna sebagian besar biru, seperti dikutip The Guardian.
Habiba, wanita Afghanistan yang tinggal di Kabul mengatakan, orangtuanya memintanya membeli burqa untuk dirinya dan saudari perempuannya. Selama ini dia dan saudarinya tidak memiliki burqa dan belum pernah mengenakan pakaian tersebut.
"Ibuku takut pada Taliban. Ibuku berpikir salah satu cara melindungi anak-anak perempuannya adalah dengan membuat mereka memakai burqa," ungkap Habiba.