Dubes Irzan Akui Kerjasama Indonesia dan Oman Kian Meningkat

MONITORDAY.COM - Hubungan Indonesia dengan Oman secara resmi telah dibangun sejak tahun 1978.Jalinan kerjasama terus meningkat, khususnya di sektor ekonomi dengan sejumlah kerjasama Indonesia dan Oman.
Hal ini disampaikan Dubes RI untuk Kesultanan Oman merangkap Republik Yaman,Mohamad Irzan Djohan di tamu Redaksi Monitorday di sesi Diplomat Talk, Jum'at (30/4/2021) yang didampingi PF. Ekonomi I, Ahmad Marufi, dan PF. Ekonomi II, dan Pilar Ayu Paradewi.
Dubes Irzan mengungkapkan, Indonesia dan Oman merupakan negara dengan penduduk mayoritas Muslim dan saling berbagi komitmen yang sama dalam meraih perdamaian dan kesejahteraan dunia.
Indonesia merupakan mitra dagang Oman keempat di antara negara ASEAN, setelah Malaysia, Thailand, dan Singapura, sedangkan Oman merupakan pasar non-tradisional strategis bagi RI. Total perdagangan kedua negara tercatat mencapai US$ 355,93 juta. Ekspor Indonesia ke negara tersebut mecapai US$ 211,47 juta, sementara impor dari Oman sebesar US$ 144,19 juta.
Ekspor utama RI ke Oman yakni kayu dan produk-produk kayu, perangkat elektronik, kertas, karton, besi, tekstil, furniture dan produk makanan, sedangkan Impor utama RI dari Oman yakni produk industri penggilingan, bahan bakar, mineral, dan in organic chemicals.
Dubes Irzan menjelaskan beberapa sektor yang menjadi sektor prioritas dalam Oman Vision 2040 dan program diversifikasi ekonomi Oman, yaitu sektor pertambangan, manufaktur, perikanan, logistik, dan pariwisata.
Langkah diversifikasi Oman dimabil, mengingat harga minyak dunia sejak pertengahan tahun 2014 telah memberikan tekanan yang signifikan terhadap perekonomian Oman.
Untuk mengatasi dampak tersebut, Pemerintah Oman telah mengeluarkan berbagai langkah kebijakan seperti konsolidasi fiskal dengan pemotongan dan penghematan anggaran dan diversifikasi ekonomi.
Namun, kebijakan tersebut belum memperlihatkan hasil yang positif dan bahkan IMF telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Oman pada 2016 dari 2,8% menjadi 1,8% dan tahun 2017 menjadi 1,7%.
Ekonomi Oman tahun 2015 mencatat kontraksi PDB sebesar 14,1% dan defisit anggaran sebesar US$ 11.7 milyar (OMR 4.5 milyar).
Pada enam bulan pertama 2016, defisit anggaran sudah mencapai US$9.1 milyar (OMR3.5 milyar) dan diprediksi defisit anggaran 2016 akan lebih besar.
Struktur ekonomi Oman didominasi oleh sektor jasa (48,9% dari total PDB), diikuti oleh sektor migas (33,9%), industri (21,2%), dan pertanian dan perikanan (1,6%). Di sektor industri, subsektor manufaktur merupakan komponen terbesar (51,3%), diikuti oleh konstruksi (38,9%), suplai listrik dan air (7,3%), dan pertambangan (2,5%).
Sedangkan di sektor jasa, komponen terbesarnya adalah perdagangan grosir, transportasi, komunikasi, dan logistik.
Oman merupakan negara yang menganut sistem perdagangan terbuka. Perdagangan luar negeri menjadi salah satu penopang utama perekonomian nasional, terutama bagi penerimaan negara dari hasil penjualan minyak bumi.
Nilai kegiatan ekspor-impor barang mencapai 93% dari total PDB di tahun 2015. Ekspor minyak dan gas mencapai 59,4% dari total nilai ekspor Oman, yang mencerminkan ketergantungan terhadap minyak yang sangat tinggi.
Namun demikian, nilai ekspor migas turun jauh dari tahun sebelumnya yang mencapai 65,7% dari keseluruhan nilai ekspor Oman.
Dalam lima tahun terakhir, Oman selalu mencatat surplus perdagangan. Meskipun harga minyak dunia tengah berada di level rendah, Oman masih dapat mencatat surplus, meskipun nilainya berkurang jauh.
Ada banyak kesamaan antara Jakarta dan Muscat yang bisa mempererat kerjasama. Misalnya, Oman berusaha menampilkan dirinya sebagai negara Arab yang menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman dan toleransi.
"Status Indonesia dan Oman sebagai negara mayoritas Muslim juga bisa menjadi alasan kuat untuk menjalin ikatan yang kuat," tutur Dubes Irzan.
Dubes Irzan pun optimis bahwa hubungan Indonesia dan Oman semakin kuat kedepan.