Dubes Hermono Ungkap 2 Problematika Negeri Jiran di Masa Pandemi

MONITORDAY.COM - Duta Besar RI Untuk Kuala Lumpur, Harmono menjelaskan bahwa penerapan lockdown oleh pemerintah Malaysia sejak bulan Juni lalu, telah berdampak pada terhentinya aktivitas perekonomian dan timbulnya krisis ekonomi, bahkan krisis politik.
"Ada dua problematika juga tantangan yang dihadapi Malasyia. Pertama, masalah covid-19 dan economy recovery. Kedua, ketidakpastian politik," ungkap Dubes Hermono di diskusi Virtual Kopi Pahit dengan tajuk " Prospek Hubungan Indonesia Malaysia di Kawasan" yang juga menghadirkan narasumber Founder Monday Media Group, Muchlas Rowi dan Prof Tulus Warsito dari Prodi HI UMY, Selasa (24/8/2021).
Menurut Dubes Hermono, kasus baru Covid-19 Malaysia memang mengalami penurunan, dalam laporan Senin (23/8/2021). Negeri Jiran melaporkan 17.672 kasus baru, setelah akhir pekan lalu, kasus mencapai rekor tertinggi 23.564 penderita.
Namun tak bisa dipungkiri, kasus Covid-19 di negeri itu masih dalam tren kenaikan. Saat ini, masih ada 260.700 kasus aktif di negeri itu.
Alumni Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (UNDIP) menilai tingginya kasus Covid-19 berdampak pada pekerja Migran Indonesia (PMI) yang terpaksa menghadapi dilema, karena tidak bisa bekerja. Terlebih PMI yang non prosedural, mereka berhadapan dengan persoalan-persoalan hukum.
Dubes Hermono memberikan gambaran kerja KBRI Kuala lumpur saat sebelum pandemi, mesti melayani 1300 – 1500 setiap hari, tetapi dengan adanya pandemi ini menjadi berkurang yaitu 700-800 orang.
"Gambaran ini kata orang tantangan, tapi saya anggap ini juga kenikmatan yang tak bisa di pungkiri. Suka atau gak, kita harus berikan pelayanan terbaik. Ada yang datang sekedar ingin foto bersama Dubesnya..Yah saya terima. Begitulah yang kami lakukan," jelas Dubes Hermono dengan penuh semangat.
Perlu diketahui, kata Dubes Hermono, pihaknya terpaksa memulangkan 70 ribu PMI ke Indonesia, mengingat kondisi negeri jiran saat ini.
Lebih lanjut, Dubes Hermono menyimak berbagai pandangan dari berbagai pihak di Malaysia yang mengaku kurang puas dengan kinerja pemerintah dalam memitigasi pandemi sehingga pengaruhnya terhadap ekonomi sangat terasa.
" langkah karantina dipandang sebagai bentuk kegagalan pemerintah dalam memitigasi pandemi ini," ungkap Dubes Hermono.
Ketidakpuasan ini berimplikasi pada keputusan mundurnya Muhyiddin Yasin setelah 17 bulan menjabat. Ia mundur pada Senin pekan lalu setelah kehilangan dukungan di parlemen.
Penggantinya, Ismail Sabri Yaakob Muhyiddin Yasin dilantik sebagai perdana menteri (PM) keempat.
Kendati nahkoda telah berganti, Dubes Hermono menganalisa dinamika politik di Malaysia sulit diprediksi, terlebih di masa pandemi ini.
Hal ini bisa dibuktikan dengan hantaman kritikan kepada Ismail lantaran mengusung kabinet yang masih didominasi orang lama. Sehingga diperkirakan sama rentannya seperti pemerintahannya sebelumnya.
Diakui bahwa sistem demokrasi parlementer di Malaysia berbeda dengan yang lainnya. Terpilihnya Ismail Sabri bukan karena dipilih oleh Raja Malaysia (Agong) karena Ismail Sabri mendapatkan suara terbanyak staturory declaration. Artinya semua anggota parlemen mengirimkan surat kepada Raja. Setelah kotak suara dibuka di hadapan raja, ternyata yang mendapatkan suara terbanyak adalah ismail sabri.
Seharusnya dilakukan melalui vote of confidence, jadi parlemen bersidang lalu anggota parlemen memilih para calon. Hanya saja, parlemen masih dalam kondisi reses sehingga tidak bersidang. Ismail Sabri tidak yang menjatuhkan Muhiydin, karena pada saat UMNO menarik dukungannya terhadap Muhiydin, Ismail Sabri diketahui memprotes dengan kebijakan UMNO.. Dari 38 anggota parlemen UMNO, yang ikut menarik dukungan hanya 15. Sementara Ismail Sabri tetap mendukung
Saat itu, Dipertuan Agung Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah memilih pemimpin berdasarkan siapa yang mendapat dukungan mayoritas di parlemen. Bukan berdasarkan hasil pemilu. Ini dilakukan karena khawatir bahwa pemilu secara nasional dapat memperburuk gelombang terbaru kasus Covid-19.
Di penghujung diskusi, problematika dan dinamika yang terjadi di masa pandemi ini tidak hanya dirasakan di Malaysia saja tapi juga seluruh dunia.
Lantas prospek apa yang bisa diupayakan dari Indonesia dan Malaysia menyikapi kondisi paceklik ini, tentunya berbagai upaya sedang ditempuh oleh Malaysia dan Indonesia untuk segera bangkit dari imbas pandemi yang sangat memberikan dampak destruktif.
Jika Indonesia dan Malaysia yang selama ini tampak ada riak-riak, itu terjadi hanya di level akar rumput. Lumrahnya sebuah tetangga, ada saja masalah yang terjadi. Maka dari itu, yang perlu dihadirkan adalah mutual understanding yang erat dan adanya upaya untuk menciptakan iklim yang sehat, baik dari sisi ekonomi, politik dan sosial budaya.