Dituding sebagai Biang Keladi Banjir, Pemkab Bogor Bangun Sejumlah Waduk

MONITORDAY.COM - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, Jawa Barat membuktikan keseriusan membangun sejumlah waduk.
Hal tersebut menjawab tudingan bahwa daerah setempat sebagai penyebab potensi banjir wilayah sekitarnya.
Demikian disampaikan Bupati Bogor, Ade Yasin di Cibinong, Minggu (25/4/2021).
Ade menyebutkan daerah setempat kerap disalahkan saat musim hujan yang kemudian mengakibatkan banjir di kawasan hilir, seperti DKI Jakarta dan sekitarnya.
"Kami juga sudah kerja sama dan komunikasi dengan daerah tetangga, seperti Bekasi, Jakarta, dan Depok untuk berkolaborasi menangani kawasan hulu di Kabupaten Bogor," kata Ade.
Lebih lanjut, ia mengaku rela kehilangan area persawahan demi mengurangi potensi banjir di Ibu Kota dengan membangun sejumlah waduk.
"Meskipun harus mengorbankan beberapa lahan sawah, seperti di Cibeet dan Cijurey, tapi untuk kepentingan bersama, maka harus ada yang dikorbankan sawahnya meski memiliki potensi bagus," ungkap Ade.
Dengan demikian beberapa waduk yang tengah dibangun di Kabupaten Bogor, yaitu Waduk Sukamahi dan Cipayung di Megamendung, Waduk Cibeet di Kecamatan Cariu, Waduk Cijurey di Kecamatan Tanjungsari, dan Waduk Narogong di Kecamatan Citeureup.
Dalam pembangunan waduk-waduk itu, ujar Ade, pihaknya akan mengorbankan beberapa area sawah.
Nantinya, waduk itu akan efektif sebagai penampung air kala hujan dan menjadi sumber air untuk sawah-sawah di sekitarnya saat musim kemarau.
Pasalnya, Kabupaten Bogor kerap dituding sebagai biang keladi banjir.
Ade mengakui bahwa kota hujan berada di hulu yang aliran sungainya langsung menuju Jakarta.
Maka dari itu, ia selalu berupaya melakukan konservasi di daerah aliran sungai (DAS).
"Kabupaten Bogor memiliki sembilan aliran sungai. Cisadani dan Ciliwung itu langsung mengalir ke Jakarta. Ada juga yang lintasan seperti Sungai Cileungsi, Cikeas, Cidurian, Ciaruten, Cibeet. Ini juga sering dituding jadi biang banjir. Makanya ayo sama-sama kita perbaiki kawasan hulu. Jangan kami terus disalahkan," tutur Ade.