Debat Politik dan Keterbukaan Pilihan
Pemimpin dapat 'dipreteli' visi-misi, track record, serta format masa depan yang ditawarkannya.

MONDAYREVIEW.COM - Calon Gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono menjadi sasaran tembak ketika tidak menghadiri debat politik sebanyak 2 kali yang disiarkan oleh televisi. Ia menjadi satu-satunya kandidat yang tidak ikut berdebat, sedangkan Ahok dan Anies Baswedan hadir dalam debat tersebut.
Berbicara tentang debat kandidat pemimpin merupakan sinyalemen positif bagi demokrasi. Dengan adanya debat maka akan mengikis konsep “membeli kucing dalam karung”. Pemimpin dapat “dipreteli” visi-misi, track record, serta format masa depan yang ditawarkannya. Pemimpin menjadi ruang terbuka yang disajikan. Publik pun mendapatkan informasi mengenai akan dibawa kemana arah kepemimpinan ke depannya. Debat publik juga bisa menjadi barometer pengingat mengenai janji-janji kampanye.
Dengan demikian, pemimpin di arena publik merupakan seseorang yang telah di-fit and proper test oleh masyarakat luas. Sejauh mana debat politik dapat mempengaruhi di hari pemilihan? Pergeseran dukungan dapat dilakukan pasca terjadinya debat politik terbuka. Jangan lupakan swing voter dan undecided voters yang masih wait and see hingga menjelang hari-H pemilihan. Terlebih party-ID di Indonesia masih rendah. Hal yang menunjukkan bahwa keterikatan rakyat Indonesia dengan partai politik tidak besar-besar amat. Maka pilihan partai politik terhadap suatu kandidat bisa jadi tidak koheren dengan pilihan massa pendukung parpol.
Dengan narasi semacam itulah debat politik dan keterbukaan pilihan menjadi variabel yang menarik untuk disimak.