Cerita Kerupuk Jengkol Oyoh yang Naik Kelas di Tengah Pandemi
Imas bisa berhasil karena ia mau melewati tahapan demi tahapan yang diajarkan oleh blibli.com.

MONDAYREVIEW.COM - Perjalanan hidup yang dilalui seseorang begitu beragam. Ada yang berhasil membentuk karakternya dengan perjalanan yang direncanakan secara matang. Setiap langkah dilalui satu demi satu, dia berganti tahapan jika target telah sesuai dengan harapan.
Ada juga yang hidup berjalan apa adanya. Bahkan tak tahu arah yang harus dilalui. Berjalan begitu saja tanpa pegangan. Hidup mengalir seperti air katanya.
Baik yang terencana maupun yang apa adanya, tentu saja sama-sama berpikir untuk memegang impian dan bisa hidup di dalam impian tersebut. Mencapai level hidup yang lebih baik dan naik kelas. Seperti juga mengelola usaha, selalu ada keinginan untuk naik kelas.
Imas Mintarsih misalnya, dara kelahiran Sumedang ini punya cerita menarik tentang bagaimana ia memulai usaha dan membuatnya naik kelas di tengah pandemi Covid-19. Menurut Imas, usaha kerupuk jengkolnya termotivasi dari keinginannya menaikan level hidup dan usaha kedua orangtuanya sebagai petani gurem dan produsen kerupuk rumahan.
Ketika itu, mimpi Imas sederhana saja, membuat jajanan dari olahan jengkol milik orangtuanya bisa dinikmati semuan kalangan. Tak mengapa omset kecil, asal berjalan setiap hari. Selama ini, produk jengkol dan olahannya memang punya kesan bau dan makanan kelas bawah.
"Imas termotivasi untuk membuat jengkol menjadi booming dan naik kelas. Jadi hasil panen para petani bisa dibeli dan punya nilai tambah," ujarnya kepada mondayreview, Senin (22/6/2020).
Imas ingat betul masa-masa ketika ia memulai usaha kerupuk jengkolnya. Ketika harus memproduksi kerupuk jengkol dengan sangat sederhana, packaging yang apa adanya, masih dibakar pake lilin, penuh minyak, dan hanya ditempeli stiker. Alhasil tidak ada pembeli sama sekali.
Suatu hari, kata Imas, sempat ada yang mau membeli produk krupuk jengkolnya satu buah. Namun sedihnya, uang yang disodorkan ketika itu lembaran 100 ribu sedangkan harganya cuma 1000. Imas, sedih bukan main.
"Ingin nangis rasanya, suatu ketika ada yang mau beli kerupuk jengkol saya tapi ternyata uang yang diberikan ketika itu malah 100 ribuan, sedihnya minta ampun," kenang Imas.
Hingga akhirnya, Imas pun memutuskan untuk mulai belajar dan mengikuti berbagai pelatihan. Salah satu yang diikutinya adalah program Wirausaha Baru Jawa Barat. Singkat cerita, dari program itulah Imas ikut program The Big Start Indonesia yang diadakan blibli.com.
“Kalau Imas seperti ini terus, Imas kapan berkembang. Imas lalu ikut program Wirausaha Baru Jawa Barat dan bertemu dengan blibli.com. Imas terus mutusin untuk join,” kata Imas.
Setelah join dengan The Big Start Indonesia, Imas mengubah model hidup dan usahanya menjadi lebih terencana. Produk Kerupuk Jengkolnya ia branding dan package ulang dengan yang baru. Lalu Ia namai dengan ‘Kerupuk Jengkol Oyoh’.
Setelah melakukan branding dan packaging ulang, orderan kerupuknya meningkat drastis. Imas teringat untuk orderan kerupuk jengkol pertama setelah new branding adalah dari Papua. Imas sempat ragu dan heran, ada orang yang mau order kerupuk jengkolnya dengan harga 15 ribu namun ongkir 100 ribu.
“Pesanan imas setelah packaging baru, orderan pertama Imas adalah dari Papua. Imas sempat tidak yakin, karena harga kerupuknya saja cuma 15 ribu, sementara ongkirnya sampai 100 ribu,” kenang Imas.
Tekun lewati tahapan
Andreas Ardian adalah Vice Presiden of Galeri Indonsia Blibli.com, dalam diskusi virtual Kopi Pahit, bertajuk 'New Normal UMKM Naik Kelas’, pada Senin (22/6) dia menceritakan tentang sosok Imas yang selain menjadi salah satu pemenang The Big Start Indonesia adalah sosok yang tekun. Menurut dia, Imas bisa berhasil karena ia mau melewati tahapan demi tahapan yang diajarkan oleh blibli.com.
“Imas adalah salah satu contoh dimana rupanya dia ngikutin apa yang kita ajarkan dengan tekun. Hasilnya seperti saat ini, sudah berapa kali lipat omsetnya. Bahkan dia sudah bisa kirim produknya hingga ke Papua sana,” tutur Andreas.
Andreas mengatakan, hal yang perlu dilakukan agar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) seperti milik Imas di Indonesia bisa naik kelas adalah dengan mulai masuk ke dunia digital. Jalan itu harus ditempuh para pelaku usaha meskipun di beberapa tempat masih menemui kesulitan mendasar, salah satunya akses internet.
"Kesulitan saat ini adalah tidak semua UMKM kita memiliki akses. Seperti akses bank, akses internet terutama yang ada di luar Jawa. Namun yang menjadi isu penting adalah semangat mereka untuk belajar beradaptasi dengan teknologi yang ada sehingga memudahkan usaha mereka," ujarnya.
Berdasarkan data yang didapat, Andreas mengungkapkan UMKM di Indonesia saat ini lebih dari 6 juta. Namun dari Jumlah itu masih banyak yang belum memasarkan produknya secara digital. Mereka yang telah memasuki dunia digital biasanya bertransformasi dari awal kecil-kecilan hingga menjadi besar.
"Kami temukan di lapangan, yang tadinya jualan hanya mengandalkan mulut ke mulut atau buka toko, sekarang telah beralih paling pertama lewat Whatsapp, kemudian jika sudah semakin besar mereka pindah ke sosial media, kemudian semakin besar lagi jangkauannya akhirnya UMKM saat ini banyak yang telah masuk ke e-commerce mulai dari blibli maupun yang lain," terangnya.
Di masa Pandemi ini, menurut Andreas, seharusnya menjadi momentum bagi UMKM untuk mulai memasuki dunia digital. Ia mengungkapkan, memang banyak usaha yang penjualannya menurun, namun tidak sedikit juga yang mengalami kenaikan akibat dampak dari pandemi Covid-19.
"Salah satunya UMKM yang memiliki peningkatan pesat adalah industri obat herbal, makanan, bumbu masak, karena semua orang menyiapkan itu di rumah," lanjutnya.
Dalam hal ini, Blibli.com mempunyai tekad untuk membantu membesarkan UMKM di Indonesia. Andreas mengungkapkan, pihaknya mempunyai visi agar para pelaku UMKM tidak mempunyai maindset survive hanya untuk hari ini saja, namun lebih dari itu, usahanya harus menjadi besar supaya indeks kesejahteraan hidupnya meningkat.
"Sejak awal, dalam rangka mendukung UMKM, kami keliling Indonesia melihat potensi UMKM di daerah, memenerima undangan dari instansi kami sambangi," tutur dia.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah, Blibli menciptakan kanal 'Galeri Indonesia'. Kanal ini disiapkan khusus penjual UMKM kelas produsen di Indonesia.
Selain itu, Blibli juga memberikan pelajaran-pelajaran bagi pelaku UMKM oleh tim Blibli Academy. Tim ini yang seringkali berkunjung untuk memberikan seminar di banyak tempat, atau dalam kondisi pandemi seperti saat ini menggelar webinar.
"Kita juga kami bekerjasama dengan banyak sekali Kementerian seperti kemenkop UKM, kemenparekraf, dan juga kemenperin, juga dengan pemerintah daerah untuk memajukan UMKM yang ada di daerahnya," ungkapnya.
Penulis: Faisal Ma’arif
Editor: Ma’ruf Mutaqin