Bisnis Film : Bioskop Versus Platform Digital

MONITORDAY.COM - Bioskop akan mati bersama pandemi. Kecemasan itu muncul manakala pembatasan aktivitas masyarakat seperti tak berujung. Diperpanjang terus hanya naik turun level. Penonton setia masih datang ke bioskop demi kualitas gambar dan suara. Sebagian lagi karena ‘mati angin’ saat jalan-jalan di mall.
Sebelum pandemi banyak film nasional diproduksi dan diputar di bioskop. Teknologi digital menjadi salah satu pengungkit bangkitnya film nasional. Biaya produksi relatif semakin terjangkau. Kreativitas juga semakin berkembang seiring inovasi teknologi yang terkait dengan sinematografi.
Sebelum pandemi sebagian besar pendapatan bisnis film di Indonesia masih dari pemutaran di bioskop. Bioskop kembali mendapat tempat di hati masyarakat. Tingkat pendapatan masyarakat yang kala itu tengah menanjak juga menjadi salah satu latar belakang naiknya bisnis bioskop. Dengan pembatasan yang berlangsung lama penonton mulai beralih ke platform digital atau layanan streaming. Nasib produser film jauh lebih baik daripada pengelola bioskop.
Bioskop memberikan sensasi menonton tersendiri. Layar lebar dan audio yang mantap. Keunggulan tersebut masih akan terus menjadi alasan bagi bioskop untuk tetap hidup. Contohnya jaringan bioskop CGV. Perusahaan itu memperkuat permodalan yakni melakukan restrukturisasi struktur biaya untuk semua bioskop, mengoptimalisasi biaya operasional, bernegosiasi dengan pihak mall untuk keringanan biaya atau melakukan skema pembayaran sewa ke basis sharing profit, bernegosiasi terkait layanan pemeliharaan Proyektor Film, menyesesuaikan rencana CAPEX, baik untuk bioskop baru maupun maintenance.
Dari layar lebar sebagian penonton beralih ke layar sempit di gawainya masing-masing. Tentu saja hal ini tetap layak disyukuri. Orang yang selama ini jarang ke bioskop menjadi penikmat film di platform digital. Ada perluasan pasar penonton film. Salah satu keunggulan layanan streaming adalah pilihan yang lebih terbuka dan beragam baik dari sisi konten maupun waktu menonton. Fleksibilitas dan mobilitas menjadi elemen penting masyarakat digital.
Kenaikan pendapatan produser film justru terjadi bersamaan dengan pandemi. Emiten produsen film PT MD Pictures, Tbk. (FILM) membukukan kenaikan pendapatan pada kuartal I 2021, terutama dari segmen film digital. Perusahaan pun membukukan laba bersih, setelah sebelumnya rugi.
Manajemen FILM menyebutkan Raihan penghasilan sebesar Rp 60,96 miliar. Nilai itu meningkat 107,65 persen year on year (yoy) dari Rp 29,36 miliar pada kuartal I 2020. Demikian menurut laporan keuangan perusahaan tersebut per Maret 2021.
Penjualan film digital melonjak tajam. Pada kuartal I 2021 mencapai Rp 51,05 miliar. Jumlah itu melompat 197,55 kali lipat dari Rp 257,02 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini mampu mengimbangi turunnya pendapatan dari segmen layar lebar. Pada kuartal I 2021, penjualan film layar lebar senilai Rp 2,2 miliar, anjlok dari Rp 17,28 miliar pada kuartal I 2020.
Bisnis film hari ini masih menyisakan banyak harapan bagi para produser dan filmmaker, namun tidak demikian dengan distributor dan pengelola bioskop. Bukan berarti tak ada harapan sama sekali bagi bioskop, bersamaan dengan pelonggaran pembatasan akan membuat penonton kembali dating. Ada sensasi tersendiri yang sulit tergantikan. Apalagi saat nonton film horror atau thriller dimana bioskop menjelma menjadi ruang teriak Bersama.