Bersama KBRI Manila, Begini Pandangan Warek II UMC Perihal Ekonomi Hijau dan Perubahan Iklim

Bersama KBRI Manila, Begini Pandangan Warek II UMC Perihal Ekonomi Hijau dan Perubahan Iklim
Dr. Badawi selaku Warek II Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) di diskusi Virtual Kopi Pahit Monday Media Group (MMG)

MONITORDAY.COM - Green Economy merupakan suatu model pembangunan Ekonomi yang tidak lagi mengandalkan pembangunan ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan yang berlebihan, tapi lebih pada menggerakkan ekonomi yang rendah karbon dan sifatnya berkelanjutan (sustainable) 

Demikian disampaikan oleh Dr. Badawi selaku Warek II Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) di diskusi Virtual Kopi Pahit Monday Media Group (MMG) Rabu (24/11/2021). 

"Konsep dasar inti dari inti dari ekonomi adalah bagaimana ketika kita mengeksplorasi SDA tidak berlebihan dan ada keberlanjutannya," ucap Badawi.

Soal ekonomi hijau, Badawi juga menyoroti salah satu komoditas yang sudah melekat dengan warga, yakni buah mangga yang jadi favorit banyak orang.

Rasanya manis dan tekstur daging buahnya lembut sehingga banyak orang menyukainya. Mangga bisa dibuat salad, jus hingga keripik yang sehat.

Manfaat buah mangga ini pun tidak hanya terdapat dalam dagingnya saja. Namun juga dalam biji dan juga kulitnya. Adapun  biji mangga yang penuh antioksidan dapat membantu melembabkan kulit dan membuat kulit lebih bersinar.

Berkaca soal mangga, inilah yang disebut renewable resources, dimana pemanfaatan komoditas harus berkelanjutan sehingga tidak zero wasted (tidak ada limbah yang terbuang sia-sia).

Selain itu, Badawi juga menilai Indonesia memiliki potensi energi hidro yang cukup besar di Sungai Kayan yang diperkirakan bisa memproduksi 11-13 ribu megawatt. Selain Sungai Kayan, Indonesia juga memiliki lebih dari 4.400 sungai sedang dan sungai besar yang juga memiliki potensi untuk menghasilkan energi hijau.

Tak hanya lewat energi hidro, Indonesia juga memiliki energi hijau lainnya dalam bentuk geotermal atau energi panas bumi yang berpotensi menghasilkan 29 ribu megawatt. Selain itu, Indonesia juga masih memiliki potensi energi dari angin dan arus bawah laut.

Untuk mencapai semua itu tentu dibutuhkan kerja besar baik berupa pembangunan infrastruktur digital seperti fiber optik, satelit, base transceiver station atau BTS, dan sebagainya. Tak hanya itu, infrastruktur di sisi hilirnya juga perlu disiapkan, 

Di samping infrastruktur, sisi sumber daya manusia (SDM) juga adalah faktor lain yang diperlukan untuk membangun ekosistem ekonomi digital. Untuk itu, Badawi mengapresiasi langkah Presiden yang mendorong agar digital leadership academy disiapkan dengan bekerja sama dengan beberapa universitas ternama, seperti Oxford, Harvard, dan sebagainya.

Di akhir paparannya, Badawi menekankan pada sebuah langkah penting dalam mewujudkan pertumbuhan hijau adalah membangun kesepakatan mengenai visi 2050 yang berkomitmen pada strategi
komprehensif pertumbuhan ekonomi hijau. 

Banyak peluang muncul di berbagai sektor ekonomi. Sebagian telah terlihat pada kebijakan dan implementasi yang ditempuh oleh sejumlah pihak dan institusi terkait.

Peta jalan ini mengelompokkan contoh-contoh peluang pertumbuhan ekonomi hijau disejumlah sektor ke dalam empat kelompok: (1) energi dan sektor ekstraktif, (2) manufaktur, (3) konektivitas, dan (4) sumberdaya alam terbarukan.