Bersama Guru Besar UCL Inggris, Prof Khaerul Elaborasi Based Research On Local Wisdom

MONITORDAY.COM - Riset berbasis local wisdom atau kearifan lokal senantiasa diwariskan, ditafsirkan dan dilaksanakan seiring dengan proses perubahan sosial kemasyarakatan. Pelaksanaan nilai- nilai budaya merupakan manifestasi dan legitimasi masyarakat terhadap budaya.
Eksistensi budaya dan keragaman nilai-nilai luhur kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan sarana dalam membangun karakter warga negara.
Demikian elaborasi Prof. Dr. Khaerul Wachidin dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon di World Class Professor Forum yang diselenggarakan oleh PG PAUD Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) pada Kamis, (28/10/2021).
Khaerul yang hadir secara offline di Meeting Room CH UMC mulai menelaah secara epistimimologis scientific reason dari fungsi kerifan lokal adalah (1) pengembangan sumber daya manusia, (2) pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, (3) sebagai sumber petuah/kepercayaan/sastra dan pantangan, (4) sebagai sarana mebentuk membangun intregrasi komunal, (5) sebagai landasaan etika dan moral, (6) fungsi politik.
Manakala budaya tersebut diyakini memiliki nilai yang berharga bagi kebanggaan dan kebesaran martabat bangsa, maka transmisi nilai budaya kepada generasi penerus merupakan suatu keniscayaan.
Selanjutnya, mantan Rektor UMC ini pun menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara dengan keragaman, rumah bagi berbagai suku, bahasa, budaya dan agama, diperkuat dengan semboyan nasional `Bhinneka Tunggal Ika' membantu menyatukan 17.500 pulau dan penduduknya.
Di Indonesia, setiap etnis memiliki kearifan lokalnya masing-masing, seperti di Kabupaten Cirebon ini, yang dikenal terbuka untuk menerima etnis lain.
Tradisi kearifan lokal masyarakat Cirebon, secara umum berasal dari tradisi yang diajarkan oleh Sunan Gunung Jati terutama petatah petitih Keislaman yang mengungkapkan unsur-unsur nilai ketaqwaan dan keyakinan, kedisiplinan, kearifan dan kebijakan, kesopanan dan tatakrama, dan kehidupan sosial.
Kesempatan tersebut, Khaerul yang juga pembina dari Forum Guru Besar Muhammadiyah di Jawa Barat juga mengingatkan agar tugas Dosen senantiasa mengacu ke riset yang merupakan indikator daari kemajuan sebuah Perguruan Tinggi untuk bisa mengimplementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Dosen, imbau Khaerul, juga memiliki target personal yakni meraih gelar Guru Besar sehingga ada tujuan dalam berkarir.
Selain karir, Dosen di Perguruan Tinggi Muhammadiyah senantiasa memiliki landasan bahwa Kampus adalah jembatan dakwah, menjadikannya sebagai alat untuk menebar kebermanfaatan dan kebaikan.
Sambung Kaherul, para dosen di PTM juga mesti menelisik kedepan bahwa tantangan yang bakal dihadapi pada masa akan datang semakin berat sehingga memerlukan penyikapan yang mempertahankan nilai-nilai Muhammadiyah pada posisi keseimbangan antara pemurnian (purifikasi) dan pembaharuan (tajdid).
Kendati demikian, Khaerul optimis bahwa sesulit apapun tantangan dakwah harus dihadapi dengan kesungguhan, kesabaran dan cara yang penuh hikmah dan ihsan.
Kebersamaan, menurutnya akan meringankan rintangan yang ditemui di jalan dakwah.
Di penghujung orasi ilmiahnya, Khaerul mengucapkan terimakasih kepada Rektor UMC, Arif Nurudin, wabil khusus PG PAUD UMC yang sudah menyelenggarakan World Class Professor dengan menghadirkan Prof. Lynn Angg dari University College London yang merupakan peringkat 8 Perguruan Tinggi terbaik di dunia.