Berhasil Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, Indonesia Berpotensi Dapat 160 Juta Dollar AS dari GCF

Indonesia berpotensi memperoleh sekitar 160 juta dolar AS atau sekitar Rp2,3 triliun lagi setelah Green Climate Fund (GCF) mengucurkan 103,78 juta dolar AS atau sekitar Rp1,53 triliun untuk keberhasilan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan plus (REDD+)

Berhasil Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, Indonesia Berpotensi Dapat 160 Juta Dollar AS dari GCF
infografis Emisi Gas Rumah Kaca / net

MONITORDAY.COM - Indonesia berpotensi memperoleh sekitar 160 juta dolar AS atau sekitar Rp2,3 triliun lagi setelah Green Climate Fund (GCF) mengucurkan 103,78 juta dolar AS atau sekitar Rp1,53 triliun untuk keberhasilan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan plus (REDD+).

"Kami masih bekerja untuk berinteraksi lagi dengan Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) dan BioCarbon Fund. harapannya ada reward dan pengakuan lagi ke Indonesia," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dalam konferensi pers daring bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani diakses dari Jakarta, Kamis (28/8)

Dari REDD+ yang merupakan salah satu program pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) pada sektor kehutanan yang telah ditetapkan sebagai salah satu sektor yang harus berkontribusi pada target penurunan emisi GRK nasional, sebagaimana tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC), Indonesia baru saja memperoleh lebih dari 103 juta dolar AS pembayaran berdasarkan hasil (result base payment) dari GCF untuk penurunan emisi tahun 2017.

Sebelumnya, untuk keberhasilan yang sama dari program REDD+, Indonesia juga memperolah 56 juta dolar AS atau sekitar Rp823,76 miliar setara dengan 11,2 juta ton CO2 equivalent (tCO2eq) dari total 800 juta dolar AS atau sekitar Rp11,7 triliun didasarkan Letter of Intent (LoI) dengan Norwegia untuk periode kerja sama 2020-2030.

Selanjutnya, menurut dia, Indonesia masih memiliki potensi untuk memperoleh sekitar 110 juta dolar AS dari Bank Dunia melalui FCPF untuk periode pendanaan 2021, 2023 dan 2025 dari program penurunan emisi dan pencegahan kerusakan hutan di Kalimantan Tengah. Selain itu, ada pula potensi dana lebih dari 60 juta dolar AS dari BioCarbon Fund untuk periode 2023-2025 dari program REDD+ di Jambi.

Berdasarkan data KLHK di 2018, capaian penurunan emisi GRK Indonesia hingga 2017 mencapai 24,7 persen. Tingkat emisi business as usual (BaU) di 2017 mencapai 1.800 MtonCO2eq, sementara tingkat emisi aktual di tahun yang sama mencapai 861 MtonCo2eq.

Siti mengatakan sudah ada arahan dari Presiden Joko Widodo, agar dana-dana yang diperoleh dari REDD+ tersebut digunakan kembali untuk pemulihan lingkungan, termasuk merehabilitasi hutan dan lahan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta kementerian/lembaga lainnya untuk tujuan penurunan emisi GRK.

Dana tersebut akan dikelola Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) di bawah Kementerian Keuangan, sebagai modal menurunkan emisi GRK sesuatu target NDC Indonesia, yakni 29 persen di 2030 jika dilakukan dengan upaya sendiri atau 41 persen jika mendapat bantuan internasional.