Banjiri Media Digital dengan Narasi Ideologi

Apakah Pancasila dikenal dan difahami kalangan milenial dan generasi muda pada umumnya? Jawabannya terletak pada sejauhmana kita peduli dan mau memahami kehidupan generasi baru yang sedang tumbuh. Dari mana selama ini mereka mendapatkan informasi sangat penting untuk ditelaah dan diantisipasi. Informasi dan dan sumber literasi digital sedemikian kuat membentuk sisi ideologis anak bangsa.

Banjiri Media Digital dengan Narasi Ideologi
(c) setkab

MONITORDAY.COM – Apakah Pancasila dikenal dan difahami kalangan milenial dan generasi muda pada umumnya? Jawabannya terletak pada sejauhmana kita peduli dan mau memahami kehidupan generasi baru yang sedang tumbuh. Dari mana selama ini mereka mendapatkan informasi sangat penting untuk ditelaah dan diantisipasi. Informasi dan dan sumber literasi digital sedemikian kuat membentuk sisi ideologis anak bangsa.

Hal itulah yang menjadi perhatian Presiden Joko Widodo terkait ideologi bangsa dalam kehidupan masyarakat khususnya generasi muda. Anak-anak muda yang menjadi pemilik masa depan bangsa.  

“Kita melihat struktur demografi kita, siapa. Ya, anak-anak muda kita. Yang mau kita kejar ini. Karena ke depan, 129 juta anak-anak muda, itu hampir 48 persen, kalau ini tidak mengerti masalah ideologi, enggak mengerti masalah Pancasila, berbahaya negara ini,” kata Presiden Jokowi dalam Presidential Lecture Mengenai Internalisasi dan Pembumian Pancasila, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (3/12) siang.

Jumlah anak muda yang sangat besar merupakan potensi luar biasa. Indonesia diperkirakan akan panen bonus demografi. Namun tanpa ideologi yang membumi, masa depan Indonesia dapat tercerai-berai.

 “Hati-hati di sini. Ini zaman sudah berubah. Hati-hati. Oleh sebab itu, BPIP juga harus melihat secara detail ini. Agar apa? Penyebarannya lebih cepat lagi, lebih kuat lagi,” kata Presiden.

Menurut Presiden, anak-anak muda ini sekolah, kuliah, bekerja. Yang sekolah tidak saja pengaruh datang dari gurunya. Yang kuliah beum tentu dosennya. Yang bekerja belum tentu bosnya. Pengaruh yang lebih kuat datang dari lingkungan global yang sudah terkoneksi oleh dunia digital.

Mereka menyerap informasi, menyerap pengetahuan, menyerap nilai-nilai itu dari banyak media. Lebih detailkan lagi melalui layanan chatting: WA, Telegram, Line, KakaoTalks. Hati-hati, lewat ini penyebaran dimulai.  Yang kedua, layanan video: TV, YouTube, Netflix, Iflix, Hoox.

“Ini yang harus kita gunakan kalau kita ingin cepat dan tidak kedahuluan oleh ideologi yang lain,” ujar Presiden Jokowi. Juga media sosial, hati-hati: Instagram, Facebook, Twitter, Snapchat,” lanjut Presiden.