Banjir Kalsel dan Potensi Dampak Lingkungan Perkebunan

Banjir Kalsel dan Potensi Dampak Lingkungan Perkebunan
Banjir Kalse/ situs BNPB

MONITORDAY.COM - Investasi dicari, investasi perlu dikawal pula agar tak menimbulkan dampak ekologis. Kerugian jangka panjang akibat hilangnya resapan air dan perubahan iklim nampak makin nyata salah satunya diakibatkan oleh perkebunan yang makin luas menyapu area hutan.  

Perkebunan sawit salah satunya. Sawit adalah komoditas unggulan. Meski harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih naik turun, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memprediksi dana dari pungutan ekspor sawit 2021 bisa mencapai Rp45 triliun. Ini menunjukkan sawit masih memberi harapan besar bagi para investor. 

Publik kembali menyoroti soal perkebunan sawit ini karena luas dan dampaknya yang dinilai besar bagi lingkungan. Apalagi saat terjadi banjir dan tanah longsor seperti di Kalimantan Selatan saat ini. Wajar bila perkebunan sawit dinilai punya andil terhadap perubahan iklim dan deforestasi.

Menurut situs resmi Pemerintah Kalimantan Selatan, luas area komoditas kelapa sawit di provinsi itu tahun 2013 telah mencapai 372.720 Ha, dimana seluas 298.365 Ha (80,05%) merupakan kebun yang dimiliki PBS, seluas 4.906 Ha (1,32%) dimiliki PBN serta sisanya seluas 69.449 Ha (18,63%) merupakan usaha Perkebunan Rakyat (PR). Data itu menunjukkan bahwa swasta menjadi alasan utama. 

Sedangkan produksi kelapa sawit tahun 2013 sebesar 901.077 ton (CPO) dan 247.440 ton (inti sawit). Pembangunan kebun kelapa sawit rakyat melalui pemanfaatan dana KKPA yang dilaksanakan oleh 5 PBS yang bertindak sebagai inti dan melibatkan petani plasma sebanyak 76.487 KK.

Antara 2009 sampai 2011 terjadi peningkatan luas perkebunan sebesar 14 persen dan terus meningkat di tahun berikutnya sebesar 72 persen dalam 5 tahun. 

Luas lahan perkebunan sawit di Kalimantan Selatan mencapai 64.632 hektar.

Tercatat 19 perusahaan akan menggarap perkebunan sawit di lahan rawa Kalsel dengan luasan lahan mencapai 201.813 hektar. Hal itu terungkap dari data Pekan Rawa Nasional I bertema Rawa Lumbung Pangan Menghadapi Perubahan Iklim 2011

Luasan lahan terbesar dikelola 8 perusahaan sawit di Kabupaten Tapin yakni 83.126 hektar.

Sementara di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan luasan 44.271 hektar dikelola oleh 3 perusahaan sawit. Disamping itu  4 perusahaan di Kabupaten Barito Kuala mengembangkan sawit di lahan rawa seluas 37.733 hektar. 

Lalu 2 perusahaan di Kabupaten Banjar dengan lahan sawit seluas 20.684 hektar, kemudian, di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dan satu perusahaan dengan luas 10.000 hektar dan di Kabupaten Tanah Laut mencapai 5.999 hektar.

Disamping kelapa sawit data menunjukkan perkebunan karet juga cukup luas di Kalimantan Selatan. Produksi karet di Kalimantan Selatan tahun 2013 sebesar 180.591 ton. Komoditas ini luasnya telah mencapai 262.295 Ha, dimana seluas 235.826 Ha (89,90%) merupakan kebun yang dimiliki Rakyat, seluas 13.025 Ha (4,97%) dimiliki PBN dan sisanya seluas 13.444 Ha (5,13%) merupakan usaha milik PBS. 

Pembangunan kebun milik rakyat sebagian besar melalui pendanaan sharing APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota dan swadaya petani pekebun dengan melibatkan petani pemilik sebanyak 176.229 KK.

Komoditas kelapa dalam tersebar di seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Selatan. Tahun 2013 luas komoditas kelapa dalam sebesar 42.651 Ha, yang seluruhnya diusahakan oleh perkebunan rakyat.