Banjir di Zhengzhou China Buat Pabrik Apple dan Nissan Merugi

Banjir di  Zhengzhou China Buat Pabrik Apple dan  Nissan Merugi
Kendaraan mengapung saat banjir menerjang kota Zhengzhou China. Dua kereta bawah tanah dikabarkan terendam. Sedikitnya 12 orang tewas di kereta bawah tanah yang terendam banjir dan pencarian korban masih terus berlangsung (Foto: EyePress News / EyePress via AFP)

MONITORDAY.COM - Zhengzhou, pusat kota terpadat di China dan rumah bagi produsen  Apple dan Nissan, dilanda banjir 24 jam  sejak hari Selasa (  20/7/2021). Bencana banjir di kota ini dinilai paling parah sepanjang 1.000 tahun belakangan.

Kabarnya, kedua pabrik raksasa ini pun mengalami kerugian tak sedikit. 

Badan Meteorologi China melaporkan bahwa badai itu memecahkan rekor curah hujan tertinggi per jam di China, dan boleh dikata di dunia.

"Curah hujan sekitar setengah tahun turun dalam waktu sekitar satu jam di China," dilansir dari Asiatimes, Kamis (22/7/2021).

Badai tersebut berimbas pada rantai pasokan global karena pabrik dan mitra utama Apple dan Nissan melakukan reschedue sambil menghitung kerugian yang ada.

Foxconn, yang memproduksi iPhone Apple dan gadget lainnya dari pabriknya yang luas di kota itu, telah menangguhkan sebagian produksi di seluruh basisnya di sana.

Harian resmi Zhengzhou melaporkan bahwa sekitar seperlima dari karyawan Foxconn tidak dapat kembali bekerja pada Rabu pagi (21/7/2021) karena transportasi umum belum beroperasi secara normal.  Jalur produksi juga terganggu dikarenakan pemadaman listrik.

Perlu diketahui, Foxconn besutan Apple  sebelum badai terjadi, telah meningkatkan produksinya dan merekrut  350.000 pekerja di Zhengzhou menjelang peluncuran produk teranyar musim gugur ini.

Zhengzhou saat ini dikenal sebagai "kota iPhone" karena memiliki banyak penggemar Apple. 

CEO Apple Tim Cook juga mentweet bahwa pihaknya akan mengupayakan bantuan semaksimal mungkin di Zhengzhou.

Sementara itu, Pabrik Nissan  juga menghentikan produksi setelah mitranya Dongfeng Auto milik negara, melaporkan kerusakan pada properti dan peralatannya yang disebabkan oleh badai.

Karyawan Nissan dilaporkan berpacu dengan waktu untuk memindahkan ribuan mobil baru ke lokasi yang aman. Pangkalan Nissan di Zhengzhou memiliki produksi tahunan sebanyak 300.000 mobil dan merupakan salah satu pabrik mobil terbesar di China tengah.

Media setempat menggambarkan baywa badai dan banjir, setara dengan curah hujan total 1,49 miliar meter persegi. 

Akibatnya, lebih dari 200.000 orang mengungsi, ratusan hilang dan lebih dari selusin korban.

Mereka yang tewas sebagian besar adalah penumpang yang terjebak dalam kereta bawah tanah yang terendam. 

Pejabat kota juga memperingatkan bahwa angka-angka korban ini masih terus bertambah karena genangan air di beberapa daerah dataran rendah masih terendam.

Peristiwa paling naas dan dramatis terlihat ketika sekitar 500 penumpang terjebak di kereta bawah tanah yang setengah terendam. 

Meskipun sinyal lemah, para penumpang memilih naik ke kursi dan mengirim pesan SOS putus asa di WeChat dan Weibo  saat air terus merembes ke gerbong kereta dan naik ke dada dan leher mereka.

Foto dan video penumpang di dalam kereta di tengah air yang naik dengan cepat membanjiri media sosial.

Sebagian besar penumpang dilaporkan diselamatkan ketika polisi dan relawan mempertaruhkan nyawa mereka dan masuk ke gerbong kereta. 

Presiden Xi Jinping telah menginstruksikan militer untuk membantu pencarian korban.

Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) juga mengerahkan puluhan ribu tentara untuk menjaga dan menopang bendungan dan tanggul di sepanjang Sungai Kuning dekat Zhengzhou.

Beberapa penduduk Zhengzhou geram karena pembangunan infrastruktur kota yang cepat, namun tidak diikuti dengan  perbaikan pada sistem saluran pembuangan dan drainase yang bagus. Padahal, urbanisasi dan pertumbuhan penduduk semakin bertambah dan tidak dapat terebendung dalam beberapa dekade terakhir.

Warga Zhengzhou mempertanyakan investasi 18 miliar yuan (US$2,78 miliar) pada tahun 2018 untuk memperbaiki drainase kota. Faktanya, perbaikan tersebut  dinilai tak mumpuni  dan fasilitas penyimpanan banjir bawah tanah yang juga tidak sesuai harapan. 

Hingga berita ini disampaikan, Tim SAR dan Aparat setempat bahu-membahu mengerahkan bala bantuan untuk menyelamatkan korban yang terjebak banjir terganas tersebut.