Afghanistan dan Mitra Dagang Utama

Afghanistan dan Mitra Dagang Utama

MONITORDAY.COM - Disamping membentuk pemerintahan, tugas utama Taliban dan pemerintahan baru Afghanistan adalah membangun kembali ekonomi negara itu. Tanpa bantuan asing Pemerintahan baru harus menggaji pegawai dan menggerakkan roda perekonomian. 

Mitra yang mungkin akan digandeng adalah Rusia, Tiongkok, dan Pakistan. Ketiga negara itu menjalin komunikasi dengan Taliban. Dan posisi mereka tidak sama dengan Amerika Serikat selama perang di Afghanistan. 

Bantuan internasional masih sangat dibutuhkan atas alasan kemanusiaan. Selebihnya para mitra dagang diharapkan membantu Afghanistan dalam menambang mineral yang menjadi sumber pendapatan ekonomi negara. Afghanistan adalah termasuk negeri termiskin di dunia. 

Banyak mineral yang masih belum dapat diekstrak dan dimanfaatkan Afghanistan karena konflik berkepanjangan yang terus mendera. Padahal harga berbagai komoditas mineral tersebut melambung tinggi. 

Kekayaan alam negeri itu sebenarnya sangat besar. Pemerintah Afganistan pada tahun 2017 memperkirakan, kekayaan mineral negara itu mungkin lebih besar, mencapai US$3 triliun (Rp42.000 triliun). Termasuk di dalamnya bahan bakar fosil. Laporan lain memperkirakan kekayaan mineral yang belum dimanfaatkan di negara itu diperkirakan mencapai US$1 triliun (Rp14.460 triliun). 

Dalam salah satu laporan US Geological Survey (USGS), Afghanistan memiliki sumber daya alam termasuk bauksit, tembaga, bijih besi, lithium dan kandungan mineral yang langka. Tanah Afghanistan juga mengandung tembaga. Mineral itu dibutuhkan untuk membuat kabel listrik, menjadi komoditas unggulan tahun ini karena harganya melonjak hingga lebih dari US$ 10.000 (Rp 144,6 juta) per ton.

Pada tahun 2010, sebuah laporan dari pakar militer AS dan ahli geologi memperkirakan bahwa Afganistan, salah satu negara termiskin di dunia, memiliki kekayaan mineral nyaris US$1 triliun (Rp14.000 triliun). Adapun mineral tersebut antara lain besi, tembaga, litium, kobalt, dan logam langka lainnya.

Berbagai jenis mineral semakin tinggi permintaannya di pasar dunia. Salah satu contohnya adalah lithium, yang digunakan dalam baterai untuk mobil listrik, smartphone, dan laptop, menghadapi permintaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 20% dibandingkan dengan hanya 5-6% beberapa tahun yang lalu. Selain itu, ada permintaan tembaga yang juga meningkat 43% sepanjang tahun 2020.

Lithium sebagai elemen penting untuk membuat baterai mobil listrik, panel surya, dan pembangkit listrik tenaga angin. Permintaan dunia akan lithium diperkirakan akan tumbuh lebih dari 40 kali lipat pada tahun 2040, menurut Badan Energi Internasional. Afghanistan juga merupakan rumah bagi mineral langka yang digunakan di sektor energi bersih: Neodymium, praseodymium, dan dysprosium.