7 Tantangan yang Diharapkan UMKM Dalam Percepat Laju Transformasi Digital

7 Tantangan yang Diharapkan UMKM Dalam Percepat Laju Transformasi Digital
Ilustrasi/ Net.

MONITORDAY.COM - Pemerintah mencatat, sebanyak 15,9 juta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merambah platform online seperti e-commerce. Namun, dalam mempercepat laju transformasi digital, belasan juta UMKM ini dihadapkan tantangan terberat. 

Asisten Deputi Ekonomi Digital Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian, Rizal Edwin Manansang menyebutkan, jumlah UMKM yang beralih ke layanan digital meningkat dua kali lipat dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 melanda. Sebelumnya tedapat delapan juta UMKM, kini menjadi 15,9 juta.

Demikian data ini diungkapkan Rizal dalam diskusi daring dengan tema ‘Mendorong Adaptasi Digital Melalui Strategi Omnichannel’, Rabu (27/10/2021).

“Pandemi corona itu masa di mana teknologi digital menjadi keharusan. Tapi sebagian besar UMKM belum memanfaatkan secara optimal,” kata Rizal. 

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memiliki lebih dari 60 juta UMKM. Dalam hal ini, lebih 50 persen dari puluhan juta UMKM ini berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). 

Rizal menyebutkan, UMKM di Indonesia setidaknya dihadapkan dengan tujuh tantangan untuk mempercepat laju transformasi digital, berikut ketujuh tantangan tersebut: 

1. Kurang inovasi digital
2. Laporan keuangan belum memadai sehingga sulit memperoleh akses pembiayaan perbankan
3. Rendahnya produktivitas
4. Strategi pemasaran harus diperbaiki
5. Perizinan 
6. Kualitas produk
7. Pemikiran pelaku UMKM yang enggan berkompetisi 

“Mindset banyak UMKM, terutama di luar kota besar, keinginan untuk berkompetisi itu kurang. Mereka yang utama itu bisa untuk makan sekeluarga,” sebut Rizal. 

Dalam upaya menggenjot lebih banyak UMKM beralih ke platform digital, beginilah langkah yang dilakukan pemerintah yakni: 

1. Memperbaiki regulasi 

2. Mendorong pembangunan infrastruktur pendukung

3. Memberikan pelatihan kepada UMKM 

Dikatakan Rizal, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) membangun lebih banyak menara Base Transceiver Station (BTS), khususnya di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T). 

Dalam hal ini, lanjut Rizal, Kominfo menggandeng Telkomsel dan XL Axiata untuk membuat BTS di 7.904 titik di sembilan area.

XL menggarap area I, yakni Sumatera dan area IX Papua Timur. Sedangkan, Telkomsel menggarap hampir semua area, yakni area II Nusa Tenggara Barat (NTB), area III Kalimantan, area IV Sulawesi, area V Maluku, area VI Papua Barat, area VII Papua Tengah Barat, area VIII Papua Tengah Utara, dan area IX Papua Timur. 

Lalu, Kominfo membangun Satelit Indonesia Raya atau satelit Satria yang ditarget mengorbit pada 2023. Infrastruktur ini diklaim dapat menjangkau daerah terpencil.

Sehubungan dengan hal ini, Bank Indonesia (BI) mencatat, sekitar 87,5% UMKM terdampak pandemi Covid-19. Namun, UMKM yang bertahan cenderung telah beralih ke digital.